Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mulai dari Kyai Zainuddin sampai Gus Bahauddin, Pendakwah Fenomenal di Era "Smilling General" hingga Zaman Milenial

8 April 2022   10:44 Diperbarui: 8 April 2022   10:57 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Alm) KH. Zainuddin MZ dan Gus Baha | Sumber gambar : Tangkapan layar Youtube

Satu kegiatan yang paling sering mengemuka selama momen Bulan Suci Ramadan ini adalah ceramah keagamaan. Entah itu bentuknya berupa tausiyah, ceramah, hingga kajian sunnah. Yang mana selama satu bulan penuh di Bulan Ramadan hal itu akan cukup sering kita njumpai pada waktu-waktu menjelang berbuka, saat bersantap sahur, ba'da sholat subuh, dan sebagainya.

Kegiatan dakwah keislaman apapun bentuknya memang menjadi magnet tersendiri di bulan suci ini. Utamanya bagi kita yang ingin memperkaya khasanah diri, memperbaiki wawasan keislaman, serta tentunya upaya untu memperbanyak amal ibadah.

Dari dulu hingga sekarang, kegiatan dakwah Islam memang tidak pernah lekang oleh zaman. Selalu saja ada pendakwah-pendakwah baru yang memberikan sajian wawasan keislaman kepada umat melalui metode dan pendekatannya masing-masing.

Ada yang berpuisi, ada yang memainkan narasi, ada juga yang mengemasnya dengan metode mengaji. Caranya berbeda, namun tujuannya tetap sama yaitu menyiarkan nilai-nilai mulia Islam sebagaimana diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.

Semenjak kecil dulu, ada satu sosok pendakwah yang begitu melekat dalam ingatan. Bahkan sampai sekarang ceramah-ceramah beliau masih enak didengarkan. Beliau adalah (Almarhum) Kyai H. Zainuddin MZ. Da'i sejuta umat.

Ceramah Ramadan Zaman Dulu

Ketika zamannya Radio masih menjadi corong informasi masyrakat di pedesaan, gema suara da'i kodang KH. Zainuddin MZ merupakan fenomena tersendiri yang begitu akrab dengan telinga warga pedesaan. Bahkan almarhumah nenek saya yang kala itu umurnya sudah diatas 70 tahun pun mengetahuinya. Meskipun beliau menyebut nama Zainuddin sedikit "meleset" menjadi "Jaludin".

Terdengar lucu kadang. Tapi itulah nostalgia betapa kuatnya pesona Kyai Zainuddin di puncak masa keemasannya. Bahkan buka hanya almarhum nenek saya yang begitu antusias mendengarkan suara ceramah sang da'i. Anggota keluarga yang lain pun juga merasakan demikian.

Hingga bertahun-tahun pasca wafatnya KH. Zainuddin MZ pun, setiap kali mendengarkan rekaman ceramah beliau maka itu seolah membawa ingatan saya terbang kembali ke masa lalu dimana Bulan Ramadan terasa begitu luar biasa dan indah.

Celetukan beliau terkadang menyindir penguasa kalau itu, yaitu di era kepemimpinan sang "Smilling General" (Almarhum) Presiden Soeharto. Namun pembawaannya yang lucu tapi menusuk membuat segenap kalangan tetap merasa nyaman untuk menikmati tausiyah beliau.

 

Kajian Masa Kini

Selepas wafatnya KH. Zainuddin MZ saya pribadi merasa belum menemukan kembali sosok yang bisa menyampaikan Islam secara ringan namun berkualitas. Bukan berarti pendakwah penceramah yang eksis di masa setelah beliau berkualitas buruk, hanya kurang ada kecocokan saja dengan cara penyampaian yang dilakukan.

Sampai kemudian era Youtube naik ke permukaan dan menjadi jalan kemunculan sosok "wali" yang begitu tinggi keilmuwannya namun begitu membumi dalam menyampaikan ilmunya tersebut kepada umat. Beliau tidak mau disebut penceramah, mubaligh, ataupun da'i.

Ketika diundang untuk datang acara-acara besar beliau pun belum tentu berkenan. Apalagi mendatangi acara program televisi. Itu semua bukan "gaya" beliau.

Kyai Haji Bahauddin Nursalim atau yang dikenal sebagai Gus Baha merupakan sosok ulama kharismatik yang cenderung membumi dan membaur dengan umat. Beliau tidak menciptakan jarak dengan masyarakat, lebih sedang menjadi makmum ketika sholat, pernah menolak untuk dipesantrenakan ke luar negeri oleh almarhum ayahandanya dan lebih memilih untuk mengaji di pesantren "lokal".

Meskipun begitu, jangan diragukan kelimuwannya. Bahkan beliau sering disebut sebagai Manusia Qur'an karena pengetahuannya yang mendalam terhadap Al-Qur'an. Ilmunya bisa dibilang sudah mencapai taraf doktor atau bahkan profesor. "Anehnya", saat hendak dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa dari salah satu perguruan tinggi beliau justru menolak.

Sejak sekitar 2 tahun terkahir ini Gus Baha merupakan sosok ulama yang menjadi panutan atas banyak hal di kehidupan saya. Menumbuhkan optimisme, menguatkan keyakinan kepada Allah SWT bahwa semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja terlepas dari situasi dan kondisi apapaun.

Gus Baha menyampaikan Islam dengan cara yang paling sederhana. Tidak ada keruwetan disana. Golongan miskin, kaya, tua, muda, pria, wanita, bisa tetap menikmati ajaran Islam dengan cara yang mudah. Sekaligus menjadikan kita bangga menjadi umat dai Baginda Nabi Muhammad SAW.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun