Satu kegiatan yang paling sering mengemuka selama momen Bulan Suci Ramadan ini adalah ceramah keagamaan. Entah itu bentuknya berupa tausiyah, ceramah, hingga kajian sunnah. Yang mana selama satu bulan penuh di Bulan Ramadan hal itu akan cukup sering kita njumpai pada waktu-waktu menjelang berbuka, saat bersantap sahur, ba'da sholat subuh, dan sebagainya.
Kegiatan dakwah keislaman apapun bentuknya memang menjadi magnet tersendiri di bulan suci ini. Utamanya bagi kita yang ingin memperkaya khasanah diri, memperbaiki wawasan keislaman, serta tentunya upaya untu memperbanyak amal ibadah.
Dari dulu hingga sekarang, kegiatan dakwah Islam memang tidak pernah lekang oleh zaman. Selalu saja ada pendakwah-pendakwah baru yang memberikan sajian wawasan keislaman kepada umat melalui metode dan pendekatannya masing-masing.
Ada yang berpuisi, ada yang memainkan narasi, ada juga yang mengemasnya dengan metode mengaji. Caranya berbeda, namun tujuannya tetap sama yaitu menyiarkan nilai-nilai mulia Islam sebagaimana diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Semenjak kecil dulu, ada satu sosok pendakwah yang begitu melekat dalam ingatan. Bahkan sampai sekarang ceramah-ceramah beliau masih enak didengarkan. Beliau adalah (Almarhum) Kyai H. Zainuddin MZ. Da'i sejuta umat.
Ceramah Ramadan Zaman Dulu
Ketika zamannya Radio masih menjadi corong informasi masyrakat di pedesaan, gema suara da'i kodang KH. Zainuddin MZ merupakan fenomena tersendiri yang begitu akrab dengan telinga warga pedesaan. Bahkan almarhumah nenek saya yang kala itu umurnya sudah diatas 70 tahun pun mengetahuinya. Meskipun beliau menyebut nama Zainuddin sedikit "meleset" menjadi "Jaludin".
Terdengar lucu kadang. Tapi itulah nostalgia betapa kuatnya pesona Kyai Zainuddin di puncak masa keemasannya. Bahkan buka hanya almarhum nenek saya yang begitu antusias mendengarkan suara ceramah sang da'i. Anggota keluarga yang lain pun juga merasakan demikian.
Hingga bertahun-tahun pasca wafatnya KH. Zainuddin MZ pun, setiap kali mendengarkan rekaman ceramah beliau maka itu seolah membawa ingatan saya terbang kembali ke masa lalu dimana Bulan Ramadan terasa begitu luar biasa dan indah.
Celetukan beliau terkadang menyindir penguasa kalau itu, yaitu di era kepemimpinan sang "Smilling General" (Almarhum) Presiden Soeharto. Namun pembawaannya yang lucu tapi menusuk membuat segenap kalangan tetap merasa nyaman untuk menikmati tausiyah beliau.