Lean mendeteksi beberapa waste atau pemborosan dalam sebuah operasi bisnis yang terjadi mulai dari hulu hingga hilir.Â
Hal ini sekaligus menegaskan bahwa lean itu bukanlah sebuah metodologi sempit yang hanya bisa dipakai untuk mendeteksi masalah pada core process saja.
Perkara produktivitas ini memang harus dipandang secara holistik atau menyeluruh dalam kesatupaduan organisasi yang saling terkait satu sama lain.Â
Saat ini masih cukup banyak upaya pendeteksian masalah khususnya di industri manufaktur hanya dikerucutkan pada lini produksi sebagai inti dari perjalanan proses produksi saja. Lini-lini mana atau proses-proses apa diperiksa satu per satu untuk melihat kondisi mana yang membutuhkan perbaikan.
Sementara itu di sisi lain sebenarnya ada "kontribusi" dari lini lain yang tidak terkait langsung dengan produksi namun memiliki andil besar terhadap baik buruknya performa produksi secara keseluruhan.Â
Sebagai contoh yaitu bagian Perencana Produksi atau Production Planning (Prod Plan), yang biasanya berada di bawah naungan divisi khusus di luar produksi, namun memiliki peran cukup besar terhadap perjalanan divisi produksi.
"Prod Plan" pada umumnya menjadi acuan dasar terkait apa, mengapa, dan bagaimana seharusnya proses produksi berjalan. "Prod Plan" memberikan alasan mengapa produksi perlu dilakukan.
Dimulai dari "Prod Plan"
Divisi produksi mengeksekusi apa yang direncanakan oleh planner berdasarkan order yang diterima oleh tim penjualan.Â
Selanjutnya, menjadi tugas produksi untuk melakukan prosesnya seefektif dan seefisien mungkin agar ongkos produksi menjadi minimal yang akhirnya bisa meningkatkan margin profit bagi bisnis secara keseluruhan.
Seperti yang disampaikan diawal bahwa Plan itu mengawali semuanya. Maka setiap upaya kerja yang efektif, efisien, dan tentunya produktif juga perlu dimulai dari sini.Â