Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pindah Kerja ke Perusahaan Kompetitor, Apakah Termasuk Pengkhianatan?

28 Juni 2021   22:03 Diperbarui: 3 Juli 2021   18:30 2742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rivalitas merupakan sesuatu hal yang jamak terjadi dalam berbagai konteks peristiwa. Mulai dari rivalitas antar individu hingga rivalitas antar kelompok atau organisasi.

Dulu, pada saat pilpres 2019 berlangsung Pak Jokowi dan Pak Prabowo terlibat persaingan cukup panas. 

Di dalam dunia olahraga, rivalitas pun kerapkali terjadi di antara para atlet seperti Lionel Messi dengan Cristiano Ronaldo, Michael Jordan dengan Magic Johnson, Roger Federer dan Rafael Nadal, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dalam lingkup kelompok atau organisasi kita bisa melihat rivalitas Real Madrid dengan FC Barcelona terlibat persaingan yang mendarah daging sampai sekarang. 

Pepsi masih dengan setia menjadi rival abadi Coca-Cola dalam bisnis minuman karbonasi. Djarum dan Gudang Garam juga masih menjadi rival berat dalam industri rokok dalam negeri. Partai Demokrat dengan PDIP.

Dalam "pemahaman" rivalitas, kerapkali ada hukum tak tertulis yang menyatakan bahwa tatkala ada seseorang yang membelot dari keberpihakan atau dukungan terhadap salah satu pihak menuju pihak yang lain maka hal itu akan dinilai sebagai tindakan yang melanggar "norma".

Seseorang yang menyeberang dari sebuah kubu menuju kubu seberang akan dianggap sebagai pengkhianat.   

Kita mungkin pernah menyaksikan betapa besarnya kehebohan yang terjadi tatkala pemain sepak bola Luis Figo berpindah dari FC Barcelona ke Real Madrid. 

Atau mungkin kita bisa melihat seperti apa penilaian publik saat mengetahui Ruhut Sitompul yang dulunya adalah loyalis setia Pak SBY dan Partai Demokrat, kini berubah haluan menjadi pendukung Partai Banteng Moncong Putih.

Keputusan yang diambil oleh mereka yang melintasi batas rivalitas memang sangat berpotensi disebut sebagai tindakan tidak populer dan rawan menerima penolakan. 

Meski tindakan tersebut sejatinya sudah dipertimbangkan oleh yang bersangkutan perihal konsekuensinya, tetapi tidak setiap orang akan memaklumi tindakan mereka itu. 

Akan sangat mungkin muncul cibiran, cacian, hinaan, atau bahkan ancaman akibat ketidaksukaan terhadap tindakan melanggar norma rivalitas tersebut.

Berpindah kerja adalah sebuah fenomena yang biasa | Sumber gambar: www.qerja.com
Berpindah kerja adalah sebuah fenomena yang biasa | Sumber gambar: www.qerja.com
Korporasi Rival

Lantas bagaimana dalam dunia bisnis? Apakah seorang profesional yang bekerja di suatu perusahaan lantas memutuskan pindah ke perusahaan pesaing juga bisa dicap sebagai pengkhianat? 

Sementara alasan mereka pindah tidak lain adalah demi mendapatkan prospek karier ataupun fasilitas yang lebih baik dari sebelumnya.

Sudah beberapa kali saya menjumpai rekan yang memutuskan resign dari pekerjaan lamanya menuju tempat baru yang ternyata merupakan perusahaan dengan bidang pekerjaan sejenis. Dan umumnya mereka berharap bisa mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang sebelumnya mereka dapatkan. 

Meskipun tidak ada jaminan bahwa tempat baru akan selalu lebih baik dari tempat kerja yang lama, akan tetapi beberapa hal seperti besaran gaji, prospek jenjang karier, atau barangkali branding nama perusahaan akan cukup mampu mempersuasi seseorang agar "berpindah ke lain hati".

Biarpun beberapa perusahaan memberlakukan peraturan syarat diizinkannya seseorang resign adalah tidak langsung menyeberang ke perusahaan kompetitor, sepertinya hal itu masih belum benar-benar efektif. 

Selain karena komitmen yang kurang kuat, hal itu juga tidak dipersyaratkan oleh perusahaan perekrut agar pekerja barunya tidak berasal dari perusahaan pesaing.

Hal ini pun sebenarnya justru menjadi keunggulan tersendiri yang dicari oleh perusahaan dari para tenaga kerjanya. 

Memiliki pekerja dengan bekal pengetahuan yang lebih banyak di bidang usaha yang mereka geluti. Dan bagi si pekerja sendiri umumnya hanya berorientasi pada pengembangan karier serta pendapatan mereka, sementara aspek kesetiaan tidak selalu dimiliki oleh setiap orang.

Pilihan Profesional

Dalam dunia kerja, terlebih di masa kini sepertinya akan sulit menemukan pribadi pekerja yang memiliki kesetiaan tinggi selayaknya Paolo Maldini saat bertindak sebagai pemain di klub AC Milan. 

Barangkali memperbandingkan kedua hal tersebut juga kurang tepat mengingat sepak bola juga memiliki sisi filosofis yang cukup panjang sejarahnya. 

Sementara dunia kerja pada umumnya memang berorientasi pada urusan finansial yang mana setiap pilihan kerapkali didasarkan pada untung rugi secara materi.

Bagi sebuah korporasi, seorang pekerja adalah aset berharga yang sebenarnya tidak hanya berharga dari segi skill atau keterampilan. 

Namun juga berharga karena pengetahuan atau knowledge yang mereka miliki perihal segenap aspek bisnis itu sendiri. 

Membiarkan mereka pergi sama halnya melepaskan pengetahuan berharga untuk dimiliki oleh orang lain atau kelompok lain. Terlebih yang memanfaatkan knowledge tersebut adalah para pesaing yang memang terus berupaya menyingkirkan segenap kompetitornya.

Sehingga untuk mencari titik temu antara harapan pekerja yang ingin kebutuhan materinya terpenuhi serta korporasi yang berharap bisa melindungi atau memperoleh hal penting dari pekerja barunya hanya akan didapat jika kedua belah pihak bersepakat satu sama lain. 

Jika perusahaan tempat bernaung seorang pekerja tidak ingin aset berharganya dimiliki oleh pesaing, maka setidaknya harus ada nilai tambah yang mampu menjadi daya tarik lebih ketimbang yang ditawarkan oleh pesaing.

Di sisi lain, hal ini bisa menjadi kesempatan berharga para setiap tenaga profesional untuk memiliki kualitas serta kapasitas diri yang baik sehingga dirinya layak diberikan apresiasi lebih. 

Apabila dengan segenap kemampuan terbaik yang dimiliki tapi situasinya masih terlihat belum membaik, maka pasti suatu saat kesempatan itu akan datang menghampiri juga. Karena bagaimanapun juga sebuah mutiara akan senantiasa berkilau meskipun ia berada dalam kubangan lumpur sekalipun.

Berpindah dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain pada dasarnya hanyalah pilihan profesional dengan segenap pertimbangannya masing-masing. 

Biarpun keputusan itu harus diambil untuk menuju perusahaan pesaing yang berkenan memberikan sesuatu yang lebih dari yang seseorang peroleh sebelumnya. Dan hal ini akan sangat bergantung pada pribadi masing-masing orang. Tergantung orientasi yang ada di dalam diri mereka sendiri.

Orientasi ini yang kemudian akan menjadi landasan bagi seseorang, apakah sebaiknya ia bertahan di pekerjaan lamanya atau memilih beralih ke tempat baru yang memungkinkan dirinya mendapatkan sesuatu yang lebih. Ini bukan perkara pengkhianatan, tapi tentang menggapai apa yang menjadi obsesi terbesar dalam diri. 

Langkah kita adalah cerminan dari obsesi hidup yang ingin kita raih. Berpindah tempat kerja seringkali bukan masalah ideologi, hanya sebatas urusan materi, gaji, dan mungkan juga gengsi.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun