Bahkan dalam buku David and Goliath, Malcolm Gladwell menyatakan bahwa para mahasiswa di universitas dengan "grade" rendah ternyata cukup mampu bersaing dengan mahasiswa dari universits dengan "grade" yang lebih tinggi dalam hal publikasi karya.Â
Gladwell ingin mengatakan bahwa menjadi bagian dari perguruan tinggi yang kalah pamor bisa saja menjadi suatu keunggulan tersendiri karena hal itu menjadikan kita berada pada posisi nothing to lose.
3. Tidak Mahir Berbahasa Asing
Perusahaan multinasional biasanya cukup sering dikaitkan dengan keterhubungan dengan pihak-pihak asing, entah itu ekspatriat, tenaga ahli, supplier, buyer, dan lain sebagainya.Â
Konsekuensinya akan diperlukan suatu interaksi antara kita dengan mereka yang mau tidak mau akan membutuhkan bahasa perantara seperti Bahasa Inggris, Mandarin, atau semacamnya.
Biarpun internet sudah menyebar luas dan informasi dari berbagai penjuru dunia bisa diakses dari mana saja dan oleh siapa saja, hal itu masih belum bisa menjamin bahwa setiap orang akan memiliki keterampilan berbahasa asing dengan baik.Â
Barangkali keberadaan Google Translate sudah cukup membantu, tapi komunikasi tidaklah cukup di-cover dengan media penerjemah semacam itu.
Dan ketidakmahiran ini yang biasanya menjadikan seseorang paranoid untuk mencoba mengikuti seleksi penerimaan karyawaan di perusahaan multinasional. Padahal bahasa asing sendiri bukanlah bahasa utama yang dijadikan sebagai pengantar. Kalau sesekali mungkin iya. Hanya saja tidak untuk setiap hari, kecuali mungkin yang berkantor di luar negeri.
Dengan situasi semacam itu seharusnya kekurangmampuan kita menggunakan bahasa asing sepertinya tidak perlu dijadikan alasan untuk menakut-nakuti diri sendiri atau membuat kita merasa inferior dihadapan orang lain.Â
Yang terpenting bukan bahasanya, melainkan pada bagaimana menjalin komunikasi yang efektif dengan segala fasilitas yang tersedia.
4. Tingkat Persaingan Tinggi