"If.."
Beberapa waktu lalu ada sebuah berita luar biasa di China perihal tertangkapnya seorang pelaku kejahatan selepas 20 tahun ia melakukan aksi kejahatannya itu. Padahal jeda waktunya sudah sangat jauh, 20 tahun. Padahal sang pelaku kejahatan pun sudah melakukan operasi plastik sehingga terlihat jauh berbeda dengan penampakan dirinya yang dulu. Tapi ternyata ia berhasil ditangkap.Â
Apa yang menjadi kunci keberhasilan pihak keamanan di negara tirai bambu tersebut sehingga berhasil mengungkap kasus kejahatan yang terus menjadi misteri selama 20 tahun?
Ternyata itu berkat jasa dari Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang berhasil mendeteksi wajah seseorang melalui titik-titik unik pada wajahnya. Titik-titik unik tersebut bahkan tidak akan berubah meski dilakukan operasi plastik sekalipun (Tulisan Dahlan Iskan, disway.id : Pembunuh Fa-Lao).
AI memang sangat luar biasa karena berhasil membantu aparat hukum mengungkap kasus yang sudah begitu lama. Namun yang lebih luar biasa lagi adalah cara kerja AI itu sendiri. Ia mendeteksi titik-titik unik dari tubuh seseorang melalui rekaman gambar yang ditangkap oleh kamera yang tersebar luas di segenap penjuru.Â
Gambar yang ditangkap oleh kamera kemudian dianalisa satu persatu dan dicocokkan dengan big data yang ada. Apabila terjadi kecocokan maka ia yang terdeteksi akan ditindak lebih lanjut. Dalam hal ini si pelaku kejahatan 20 tahun lalu itu telah menjadi "korban" kehebatan AI.
Bagaimana AI bisa melakukan analisa sedemikian akurat dengan objek amatan yang luar biasa banyak itu? Penjelasan detailnya mungkin akan sangat rumit dan kompleks. Saya pun belum tentu bisa menjabarkannya secara jelas dan rinci. Namun secara sederhana cara kerja AI adalah berdasarkan fungsi logika "jika".Â
Katakanlan misalnya untuk kasus pendeteksian titik-titik unik pada wajah seseorang. "Jika" beberapa titik yang "disyaratkan" untuk mendeteksi identitas seseorang cocok dengan record pada big data maka ia akan "tervonis" sebagai "yang dimaksud". "Jika" kombinasi dari beberapa titik-titik unik tersebut ternyata tidak atau jauh kecocokannya dengan data pada pusat database maka ia adalah orang lain.Â
Proses itu dilakukan terus-menerus dan satu persatu. AI melakukan pencocokan satu persatu antara Daftar Pencarian Orang (DPO) dengan tangkapan kamera yang tersebar di berbagai penjuru itu. Apabila kita pernah menggunakan Microsoft Excel dan mengoperasikan fungsi "If", mungkin akan lebih mudah untuk memahami logika AI dalam menjalankan tugasnya.
"If" adalah penjebatan segala kemungkinan yang akan terjadi dari setiap situasi dan kondisi. Katakanlah jika "turun hujan" maka seseorang akan memakai "jas hujan". Â Sedangkan jika "tidak turun hujan" maka seseorang memiliki kemungkinan lain yaitu mengenakan "baju biasa", "telanjang", "mengenakan kaos", dan masih banyak lagi yang lain.Â
Keberadaan kemungkinan lain yang lebih banyak memunculkan "If" yang lain sehingga sebuah kondisi menjadi lebih terarah dan terfokus. Dan hal ini berlaku untuk beragam hal dengan tingkat kompleksitas yang bervariasi.Â