Sang pemimpin prajurit tersebut, King Leonidas, memberikan "syarat" khusus tentang siapa-siapa saja yang boleh masuk dalam barisan satuannya. Mereka harus cukup cakap untuk bekerja sebagai tim, memiliki keterampilan bertempur yang sama kuat, dan bisa berdiri sama tegak saat menghalau serangan lawan.Â
Ketika ada seorang prajurit "cacat" yang mengutarakan keinginannya untuk masuk dalam pasukan ia ditolak mentah-mentah oleh sang raja. Bukan karena rasis, tapi karena ia tidak ingin membahayakan kesatuannya.
Segenap SDM yang berada dalam naungan organisasi perlu diberikan keterampilan yang mumpuni serta diharapkan memiliki karakter yang kuat dalam pribadinya. Dengan begitu mereka akan cukup cakap untuk membawa panji kebesaran organisasinya ke "medan laga".Â
Program pengembangan diri prajurit Spartan dalam kisah "300" adalah dengan mengirimkan anak-anak mereka ke alam liar untuk bertarung menaklukkan setiap tantangan dan mara bahaya.Â
Apabila berhasil melalui ujian itu maka kelak mereka akan tumbuh menjadi prajurit yang luar biasa. Demikian halnya dengan pengembangan diri para karyawan pun semestinya juga dilakukan dengan pola yang jelas, sistem yang runut, dan metode yang berkualitas.Â
Sehingga hasil akhir program pengembangan diri itu akan sesuai harapan. Sudahkah organisasi tempat kita bernaung memiliki kurikulum pengembangan diri yang berkualitas?
Salam hangat,
Agil S Habib