Pandemi Covid-19 yang terjadi hingga saat ini telah menggerus sedikit demi sedikit kemampuan sebagian korporasi untuk mempertahankan eksistensinya. Berbagai upaya ditempuh dalam rangka memperpanjang nafas agar bisa bertahan melewati periode sulit ini.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan tujuan mengurangi beban operasional pun ditempuh oleh sebagian organisasi bisnis.
Sedangkan di sisi lain ada juga perusahaan-perusahaan yang "tidak sampai hati" melakukan itu dan memilih opsi lain yang lebih "bersahabat", yaitu menawarkan kepada para karyawan tentang siapa yang berkenan untuk mengambil jatah pensiun dini dengan beberapa kompensasi dalam besaran tertentu.
Beberapa orang yang mendapatkan tawaran tersebut hampir semuanya menolak dengan beragam alasan. Mulai dari kekhawatiran pasca pensiun tidak tahu harus bekerja apa lagi, hingga ketidakyakinan bahwa mereka akan mampu eksis jikalau tidak menjadi manusia bergaji lagi.
Lantas apa yang harus dilakukan tatkala kita berada pada posisi tersebut? Apa yang mesti kita lakukan tatkala mendapatkan tawaran semacam itu?
Beranikah kita lepas dari zona nyaman kita dan memilih untuk menempuh risiko yang bisa jadi berada diluar jangkauan kita?
Ketika momen itu (ditawari pensiun) datang menghampiri kita, sebenarnya hal itu bukan semata tentang upaya penyelamatan organisasi yang dilakukan oleh pihak manajemen.Â
Bukan juga pertanda bahwa kinerja kita dinilai kurang baik selama ini. Akan tetapi kita harus menyadari bahwa sebenarnya kita tidak bisa selamanya bergantung pada pekerjaan kita saat ini untuk menunjang kehidupan kita dan juga keluarga untuk saat ini, esok, dan dimasa-masa mendatang.Â
Cepat atau lambat pekerjaan tersebut pada akhirnya akan tetap kita tinggalkan. Hanya masalah waktu saja kapan semua itu akan terjadi. Bisa terencana waktunya, tapi tidak menutup kemungkinan secara mendadak terjadi.
Normalnya, seseorang akan aktif bekerja hingga pada kisaran umur tertentu. Setelah mencapai batasan itu maka periode pensiun pun akan tiba.
Hanya saja kemungkinan berhenti bekerja ditengah jalan pun juga bisa terjadi. Kondisi kesehatan, kesempatan hidup, hingga situasi ekonomi yang tidak kondusif bisa saja memaksa kita untuk mengakhiri pekerjaan lebih cepat dari waktu yang seharusnya.
Lantas apa yang bisa kita perbuat ketika situasi tersebut terjadi sedangkan kita tidak memiliki persiapan apapun diluar sana. Menabung tidak pernah sempat, berinvestasi masih terus ditunda-tunda, dan usaha sampingan pun tidak ada.Â
Pendapatan hanya berasal dari sumber dan mengalir habis begitu saja setiap bulannya. Terus terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu bertahun-tahun ke depan.
Bagi sebagian orang mungkin pendapatannya memang sangat terbatas sehingga untuk makan saja susah.
Tapi sebagian yang lain terkadang memiliki kebiasaan selalu menghabiskan apa yang ia punyai. Penghasilan bulanan tepat habis atau bahkan minus untuk dipakai pada satu periode saja.
Kesadaran untuk mempersipakan masa pensiun masih belum dimiliki oleh semua orang, khususnya mereka yang berlatar belakang pekerja yang mengandalkan gaji sebagai sumber pemasukan utamanya.
Lebih dari Sekadar Karyawan
Beberapa waktu lalu ada seorang tetangga rumah yang berkisah pengalamannya terkait adanya tawaran pensiun dari perusahaan tempatnya bekerja.
Bagi karyawan yang bersedia mengambil "jatah" pensiun dini akan diganjar dengan uang pesangon sebesar 1 PMTK.
Namun hal itu sepertinya tidak menarik minatnya meski ia harus menghadapi konsekuensi kemungkinan jam kerjanya berkurang karena kapasitaa produksi yang tidak maksimal. Hanya saja ia menyikapi kondisi tersebut dengan sikap yang jauh dari kata khawatir.
Mengingat diluar pekerjaan formalnya sebagai karyawan suatu perusahaan, ia juga memiliki penghasilan sampingan dari jasa kontraktor bangunan kecil-kecilan dan juga menerima jasa pembuatan container untuk gerai kuliner.Â
Keterampilan tersebut sebenarnya baru beberapa waktu terakhir ini ia tekuni seiring kejeliannya melihat peluang, dan keberaniannya untuk mencoba sesuatu yang baru.
Menurut saya, apa yang dilakukan oleh tetangga saya tersebut sangatlah baik mengingat saat ini banyak sekali para pekerja yang dihadapkan pada kekhawatiran kemungkinan di-PHK dari tempat kerjanya.
Sehingga adalah sebuah keharusan untuk memiliki pekerjaan "cadangan" yang bisa mencukupi kebutuhan hidup tatkala sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Kalaupun situasinya tetap baik-baik saja, pekerjaan sampingan itu akan menjadi sumber pendapatan tambahan yang tentunya memiliki nilai manfaat luar biasa.
Dan pada dasarnya tidak ada batasan perihal pekerjaan jenis apa yang mesti dijalani sebagai pekerjaan lain tersebut. Bisa menjadi pedagang, pengusaha, investor, bahkan hingga penulis.
Semua jenis profesi selama hal itu bisa menambah pundi-pundi penghasilan maka sah-sah saja dilakukan. Tergantung minat dan keberanian kita untuk melangkah di dalam bidang apa.
Selama kesempatan masih ada, terlebih bagi kita yang masih berpenghasilan tetap dari gaji bulanan, maka melakukan hal bari itu akan terasa lebih ringan. Tinggal tekad kita sekuat apa untuk mewujudkan hal itu.
Jangan menyerah untuk satu kekalahan. Bangkit dan coba lagi. Kita yang saat ini berpofesi utama sebagai karyawan harus bersikap dan menganggap diri kita ini lebih dari sekadar karyawan. Kita harus menghasilkan hal baru yang lebih besar daripada apa yang bisa kita lakukan sekarang ini.
Jikalau pada akhirnya harus mengambil pensiun dini, maka lakukan itu dengan kepala tegak seiring keberhasilan besar kita diluar pekerjaan rutin yang sudah kita jalani selama ini. Pensiun dini bukan untuk menjadi orang yang terpuruk, tapi pensiun dini untuk menjadi bos di tempat yang baru.
Salam hangat,
Agil S HabibÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H