Ketika generasi terbaru PS muncul, saat itu PS 2, ingin sekali rasanya mencobanya. Tapi kebetulan saya yang masih tinggal di desa masih belum berkesempatan untuk itu.
Dan konon kabarnya harganya lebih mahal. Untuk sewa permainan perjamnya setingkat lebih mahal dibanding PS 1. Dan sepertinya evolusi PS terus berlanjut ke PS 3 dan seterusnya, yang kini sudah masuk evolusi ke-5.
Bagi saya pribadi, PS 2 sudah menjadi generasi tertinggi PS yang pernah saya mainkan.
Mungkin karena saya tidak terlalu menggandrungi game sehingga tidak terlalu antusias menyambut generasi terbaru PS, Nintendo, X-Box, dan lain sebagainya.Â
Memainkan game PS 1 saya rasakan saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Dan PS 2 paling sering saya mainkan saat duduk di bangku SMA.
Biarpun saat itu sebenarnya sudah ada PS 3, tapi rental PS yang dekat dengan tempat kos waktu itu adalah PS 2.
Dan harganya juga cukup terjangkau, Rp 2.000 per jam. Bermain dua jam bonus satu jam. Kalau sedang suntuk dengan sekolah, saya bisa memainkannya selama 6 jam nonstop. Puas.
Selepas lulus SMA lama sekali rasanya saya tidak memainkan permainan itu. Beberapa kali melihat ada rental PS buka, tapi rasanya sudah berbeda sekali dengan dahulu.
Apalagi dengan semakin berkembangnya smartphone yang memungkinkan segala jenis game bisa dimainkan di sana. Rental PS sudah tidak semenarik dulu lagi. Barangkali nasibnya sudah sama seperti warung internet (warnet) atau yang lebih dulu lagi warung telepon (wartel).
Perkembangan teknologi telah menggerus eksistensi keduanya. Dan rental PS pun sepertinya juga mengalami nasib serupa.
Ketika menjumpai adanya beberapa rental PS yang masih beroperasi saya kemudian berfikir, apakah usaha semacam itu masih cukup menguntungkan?