Potensi Negara Bangkrut
Iran hampir bangkrut sehingga memerlukan sokongan hutang dari IMF. Tapi sebenarnya masalahnya tidak berhenti sampai disitu. Pertama, hutang yang diajukan Iran kepada IMF belum tentu menjadi solusi manjur atas permasalahan yang mereka alami.Â
Bukan mustahil hutang mereka masih harus ditambah lagi. Seperti yang belakangan dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Terus menambah hutang karena sudah tidak ada lagi sumber daya dari dalam yang mampu meng-cover itu.Â
Bahkan baru-baru ini juga tengah ramai perdebatan mengenai wacana cetak uang. Ketimbang hutang ke asing, "lebih baik" cetak uang saja dan disalurkan langsung kepada mereka yang layak menerimanya.Â
Meski dengan risiko inflasi yang luar biasa. Boleh dibilang permaslahan akibat pandemi COVID-19 sudah semakin pelik. Mencetak uang menimbulkan masalah, berhutang pun memicu masalah lain.
Menilik kasus Iran yang mengajuan pinjaman ke IMF, sebagain bangsa Indonesia tentu masih terngiang kenanngan krisis 1998. Saat dimana ekonomi kita begitu carut marut dibuatnya. Indonesia begitu terpuruk dan terpaksa harus mengajukan pinjaman besar kepada IMF. Apakah cuma-cuma pinjaman itu diberikan? Ternyata tidak. Boleh dibilang harganya sangat mahal.Â
Selain "kewajiban" untuk membayar bunga hutang, kala kesepakatan pinjaman itu dibuat antara almarhum Presiden Soeharto dan pihak IMF ada sebuah syarat lain yang sangat memukul psikologis bangsa ini.Â
Indonesia yang waktu itu bersiap meluncurkan pesawat terbang mutakhir bikinan bangsa sendiri, N250, terpaksa harus mengubur impian tersebut dalam-dalam. N250 yang sayogyanya akan segera diproduksi masal terpaksa harus ditutup seiring persyaratan dari IMF yang meminta dihentikannya program strategis.Â
Jikalau Indonesia tidak perlu berhutang ke IMF, mungkin kita sekarang memiliki industri dirgantara yang bisa menyaingi kehebatan Airbus ataupun Boeing. Apakah Iran akan bernasib serupa dengan Indonesia? Mungkin iya, dan mungkin juga tidak.Â
Tapi Indonesia sendiri pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah "berkomitmen" untuk tidak lagi-lagi meminjam uang ke IMF. Hutang yang menjadi sebab pudarnya harapan N250 mengudara sudah dilunasi pada tahun 2006 yang lalu. Sejak saat itu Indonesia bersih dari hutang ke IMF.
Meski sepertinya hal itu mulai goyah seiring terjangan pandemi COVID-19. Semakin dalam Indonesia terjerembab akibat COVID-19, maka kemungkinan hutang ke IMF tidak bisa dihindari lagi.