Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Strategi Perang Sun Tzu dalam Perang Melawan Covid-19

15 April 2020   07:35 Diperbarui: 15 April 2020   07:48 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Strategi Perag Sun Tzu | Sumber gambar: esports.id

Mau tidak mau hal ini menuntut kita untuk bergerak lebih cepat. Membuat kebijakan secara cepat, memberlakukan kebijakan secara cepat, melakukan riset obat secara cepat, menciptakan birokrasi cepat, dan sejenisnya. Kecepatan adalah intinya. Semakin lama pandemi ini dituntaskan, maka semakin banyak korban yang bertumbangan.

Kita tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup dari serangan virus yang bisa darimana saja berasal. Tapi kita juga berjuang dengan waktu. Diluar sana kita tidak tahu siapa-siapa saja yang menjadi carrier virus ini. Semakin cepat kita mendeteksi dan menanggulanginya maka akan semakin baik. 

Benar kata Bapak Jusuf Kalla, "Lebih Cepat, Lebih Baik." Jika selama ini penyiapan sebuah vaksin butuh waktu hingga menahun, maka pandemi COVID-19 menuntut kita untuk merombak "kebiasaan lama" itu. Beberapa negara seperti China atau Korea Selatan sudah mengupayakan hal itu. Apakah Indonesia akan berupaya melakukan hal serupa? Kita harus bergerak lebih cepat. Bergegas menuntaskan pandemi ini. Karena kalau tidak maka efeknya akan semakin buruk dalam jangka panjang.

Berfikir menang terlebih dahulu baru berperang. Bukan sebaliknya.

Mindset dan keyakinan bahwa kita bisa memenangi perang melawan COVID-19 adalah kunci yang mesti kita pegang teguh. Keyakinan bahwa terinfeksi bukanlah akhir dari segalanya adalah gagasan yang mesti terpatri di benak para korban. Kita harus berfikir bahwa COVID-19 ini bisa dikalahkan. Tanamkan pikiran positif, perasaan positif, dan optimisme bahwa kita akan mengakhiri semua ini dengan senyum kemenangan. Bukan sebaliknya. 

Untuk bisa menyikapi secara demikian, kita butuh dukungan dari semua pihak terutama media. Pemberitaan tentang bahaya COVID-19 memang penting, tapi semestinya hal itu sebatas sebagai informasi untuk mempelajari dan apa yang perlu kita tahu tentang "musuh" kita tersebut. Bukan malah membesar-besarkan pemberitaan tentang ketidakberdayaan, keterpurukan, atau banyaknya korban meninggal dunia. Sudut pandang pemberitaan harus sedikit diubah dengan orientasi menumbuhkan keyakinan bahwa kita bisa menang melawan virus ini.

Pikiran penuh optimisme adalah cara melawan ketakutan. Karena bukan tidak mungkin ketakutan kita terhadap COVID-19 ternyata lebih berbahaya ketimbang COVID-19 itu sendiri. 

Situasi semacam ini membuat kita menghadapi musuh ganda. Musuh COVID-19 dalam artian yang sebenarnya, serta musuh ketakutan yang terpatri di benak kita. Dengan menyingkirkan ketakutan itu maka setidaknya kita telah menyingkirkan salah satu musuh yang bisa menjerumuskan kita dalam keputusasaan. 

Selain itu, kita mesti memahami cara kerja hukum gaya tarik (Law of Attraction). Semakin kita mengkhawatirkannya maka apa yang kita takutkan itulah yang justru akan terjadi. Pikirkan yang positif, rasakan optimisme, dan yakinkan diri bahwa kita akan baik-baik saja. Dengan catatan kita tidak menganggap remeh situasi serta bersikap waspada, maka seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Seranglah dimana mereka tidak bertahan, untuk memastikan kemenangan.

COVID-19 ditengari sangat lemah ketika berada diluar tubuh inangnya. Mereka bisa dibunuh dengan mudah saat masih berada diluar tubuh seseorang. Dalam hal inilah gaya hidup bersih memiliki peranan penting. Cuci tangan dengan sabun bisa membunuh virus yang menempel di tangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun