Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sebut Indonesia Tak Kompeten Kelola Nikel, Uni Eropa Sakit Hati?

20 Desember 2019   08:00 Diperbarui: 21 Desember 2019   02:40 9414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus diakui bahwa negara-negara di eropa memiliki sisi keunggulan yang luar biasa dalam memberikan added value terhadap berbagai kategori produk.

Mereka mampu menciptakan mobil-mobil berkelas dunia, juga membuat mesin-mesin hebat. Banyak negara-negara di belahan dunia lain termasuk Indonesia yang melabeli produk yang dihasilkan negara-negara eropa berkualitas tinggi. Minimal jika dibandingkan dengan beberapa negara di luar eropa.

Dengan semakin berkembangnya peradaban negara-negara di luar eropa dan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya menghasilkan produk bernilai tambah, beberapa barang yang dipandang penting dan memiliki potensi tinggi seperti nikel semakin dilirik untuk diolah lebih lanjut oleh negara-negara pemiliknya agar memberikan manfaat serta keuntungan lebih besar bagi negara tersebut.

Barangkali hal inilah yang semakin disadari oleh pemerintah sehingga menelurkan kebijakan pelarangan bijih nikel. Selama ini kita memang terlena oleh kebijakan ekspor barang mentah yang ternyata membuat kita menjadi konsumen di negeri sendiri. 

Kita hanya mengirimkan barang mentah yang harganya "murah" dan harus membeli kembali produk "olahannya" dengan harga yang jauh lebih mahal.

Mengapa tidak kita coba untuk membuat sendiri produk-produk tersebut dan balik menjualnya kepada negara-negara yang sebelumnya membutuhkan bahan baku dari kita? 

Tudingan-tudingan negatif terkait kelayakan dan kemampuan kita mengolah bahan baku itu mungkin akan kita terima. Kita akan diremehkan atau bahkan dituding sebagai penyebab masalah.

Seperti halnya tudingan yang disematkan oleh Asosiasi Produsen baja Eropa atau Eurofer yang mengatakan bahwa Indonesia memproduksi baja dengan harga murah namun berpolusi tinggi dibandingkan mereka yang mampu menghasilkan baja lebih ramah lingkungan. 

Tudingan semacam ini mungkin akan terus bermunculan jika kebijakan pelarangan ekspor dilanjutkan. Namun apabila bangsa kita yakin dengan kemampuan yang kita miliki maka kita tidak perlu takut menerima "gertakan" dari bangsa-bangsa eropa itu.

Mungkin dengan mengelola nikel dalam wujudnya yang terbaik menggunakan sumber daya anak bangsa sendiri hal itu akan bisa mengangkat derajat bangsa kita dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia.

Serta merubah image dari bangsa pengekspor bahan mentah menjadi negara pengeskpor bahan jadi. Kita memang harus berani melangkah kedepan terkait pengelolaan bangsa ini kedapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun