Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fakta Kos-kosan 2 x 1, Tempat Beristirahat atau Peti Mayat?

3 September 2019   15:04 Diperbarui: 3 September 2019   15:16 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kos-kosan 2 x 1 saat digerebek Satpol PP | Sumber gambar: detik.com

Mencari hunian murah di kota metropolitan yang bisa dibuat tidur bisa dibilang susahnya minta ampun. Harga ratusan ribu per bulan untuk sewa bisa dibilang sebagai harga yang "murah", karena tidak sedikit yang mencapai angka jutaan rupiah untuk tarif per bulannya. Terlebih untuk kota sekaliber Jakarta. 

Harga kos-kosan "normalnya" di atas angka Rp 1 juta. Tarif seharga dibawah Rp 500 ribu adalah sesuatu yang sangat sulit ditemukan. Kalaupun ada, kelayakan untuk dihuni patut dipertanyakan. Seperti sebuah kos-kosan yang menyewakan hunian berukuran kurang lebih 2 x 1 meter yang belakangan ini viral di media sosial. Sebuah hunian kecil yang ukurannya lebih mirip peti mayat dibandingkan sebagai tempat melepas penat.

Hidup ditengah kota besar mau tidak mau membuat kita harus mengeluarkan cukup banyak uang untuk membeli kebutuhan makanan, transportasi, hingga tempat tinggal. Mereka yang berpenghasilan cukup tentu tidak terlalu bermasalah hidup di kota besar. Akan tetapi bagi mereka yang pendapatannya pas-pasan tentu akan mempertimbangkan betul setiap potensi pengeluaran yang mereka lakukan. 

Untuk makan mencari harga yang paling murah, nasi lauk tahu tempe tanpa sayur barangkali merupakan opsi terbaik. Transportasi cukup dengan berjalan kaki. Untuk tempat tinggal? Sebagian ada yang sampai harus tidur di kolong jembatan sekadar agar uangnya tidak habis untuk membayar sewa tempat tinggal.

Bagi pemilik hunian atau rumah di kota-kota besar seperti Jakarta sebagian memandang hal ini sebagai kesempatan dalam kesempitan. Peluang bisnis hunian mereka jalankan untuk "menjaring" orang-orang yang ingin memiliki tempat beristirahat dengan harga murah. 

Seiring dengan terbatasnya tempat, maka "kreativitas" para pemiliki hunian ini pun mengalir. Terinspirasi dengan hunian kecil di negara maju seperti Jepang atau beberapa negara lain maka kemudian hal itu "diadopsi" dengan menyediakan hunian "mnimalis" berharga murah. 

Akhirnya lahirlah sebuah "peti mayat" berukuran 2 x 1 ditambahkan kasur untuk istirahat. Sebuah hunian yang menjadi alternatif para pencari "papan perlindungan" di kota metropolitan.

Sayangnya, kreativitas yang lahir ini bukanlah sesuatu yang cukup baik untuk diapresiasi. Malah justru menjadi "karya" penuh ironi karena samasekali tidak manusiawi. 

Konsep hunian 2 x 1 ini ibarat menyewakan peti mayat untuk ditempati. Barangkali pemilik "bisnis" ini ingin benar-benar mengefisienkan tempat keterbatasan tempat yang ia miliki agar mampu memuat cukup banyak penghuni didalamnya. Hanya saja ia tidak mempertimbangkan atau bisa dikatakan mengabaikan aspek kemanusiaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Padahal sebuah bisnis hendaknya didasarkan pada semangat memberikan kemaslahatan bagi orang lain, bukan sebaliknya.

Kreativitas Penyediaan Hunian Murah Layak Huni

Penggerebekan dan penutupan kos-kosan 2 x 1 oleh Satpol PP beberapa waktu lalu sudah cukup tepat dilakukan. Selain karena memang tidak berizin, tidak ada gunanya mempertahankan operasi bisnis yang tidak manusiawi ini. Memang ada aspek positif dari hunian mini ini, yaitu ongkos inap yang lebih murah daripada kebanyakan hunian lain di kota besar. Hanya sebatas itu saja. Selebihnya tidak ada lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun