Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kebohongan Lebih Menjanjikan Kenyamanan daripada Kejujuran

25 Maret 2019   07:44 Diperbarui: 25 Maret 2019   07:47 2215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah kejujuran membutuhkan tekad, kekuatan, dan dukungan (Ilustrasi gambar : https://anvilmotion.com)

Orang tua yang mencontohkan kejujuran akan diikuti oleh anak-anaknya. Orang tua yang menghargai kejujuran dari anak-anaknya akan membangkitkan penghargaan atas pentingnya suatu kejujuran. Tidak sedikit orang tua yang entah sadar atau tidak telah mengajarkan sikap bohong. 

Ketika ada orang tua yang tengah menghindari tagihan utang dari pihak bank atau rekan-rekan mereka, mereka berpesan kepada putra-putrinya agar menyampaikan kalau orang tuanya tengah keluar pada saat nanti ada orang yang datang mencari mereka. 

Padahal sebenarnya sang orang tua ada didalam rumah. Anak-anak sering dijadikan sebagai tameng kebohongan untuk menghindari kesulitan pribadi orang tua. Mereka tidak menyadari bahwa tindakannya itu telah menciptakan mindset bahwa kebohongan itu boleh dan diizinkan.

Didalam lingkungan organisasi juga tidak jauh berbeda. Seakan suatu kebohongan itu lebih dihargai daripada sebuah kejujuran. Pada saat ada seorang karyawan berbuat salah atas pekerjaan yang dilakukannya, hendaknya hal itu menjadi sarana introspeksi diri melalui upaya pengingatan yang bersahabat. 

Kenyataannya, kesalahan yang dilakukan seorang karyawan seringkali dipandang sebagai suatu keburukan yang tak termaafkan. Banyak orang disekitar yang begitu marah, begitu memandang buruk, dan menjauhi para pembuat salah. "Hukuman" yang diterima akan ketidaksempurnaan dalam bekerja terasa begitu berat. 

Sehingga akhirnya tidak sedikit dari para pembuat salah tersebut yang berupaya menyembunyikan kesalahan itu tadi. Ada dilema yang dirasakan oleh mereka yang berbuat salah. 

Di satu sisi mereka sebenarnya ingin mengakui kesahalannya, namun mereka berfikir ledakan kemaran akan merika terima jika hal itu dilakukan. Sedangkan jika kesalahan itu tidak diakui, mereka khawatir akan menimbulkan permasalahan baru yang barangkali lebih pelik. 

Situasi serba salah inilah yang mungkin dihadapi oleh sebagain orang yang hidup dalam lingkungan organisasi. Lingkungan disekitar seseorang berbaur dan berkomunikasi begitu berperan penting menyuburkan atau mengkerdilkan sebuah kejujuran didalamnya.

Terkadang ada keraguan besar ketika sebuah organisasi menggaungkan nilai-nilai kejujuran sedangkan mereka sendiri tidak memberikan apresiasi yang sepantasnya kepada mereka yang berani berkata jujur. 

Komitmen yang dijalankan secara parsial tidak akan mampu memberikan dampak maksimal seperti yang diharapkan. Mewajibkan setiap orang untuk berlaku jujur, namun disisi lain mereka yang berani berbuat itu justru menerima konsekuensi sakit hati. 

Antipati terhadap keujuran semakin tumbuh subur oleh sebab perlakuan seperti itu. Mungkin bagi sebagian orang yang didalam dirinya sudah tertanam kuat nilai-nilai kejujuran dari lingkungan keluarga atau lingkungan pendidikan, perlakuan tidak apresiatif atas kejujuran tidak akan menggoyahkan keyakinan mereka terhadap nilai mulia kejujuran itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun