Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Agent of Change" yang Sesungguhnya

23 Februari 2019   07:28 Diperbarui: 2 Juli 2021   05:52 4374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, keberadaan kubu itu kini justru terjadi didalam negeri kita sendiri. Demokrasi yang dibangun dengan harapan menghargai setiap sikap dan pandangan politik seseorang ternyata menjadi ajang saling olok, sindir, hingga penghinaan. Kalimat-kalimat tidak pantas seringkali dilayangkan kepada pribadi-pribadi baik yang tidak semestinya diperlakukan demikian. Kefanatikan kita terhadap salah satu kubu semestinya tidak membuat diri kita ini terlihat lebih benar dari orang lain hingga menjustifikasi bahwa kitalah yang benar dan mereka salah.

Baca juga: Generasi Muda, Agent of Change untuk Indonesia Bersih

Pemahaman yang berbeda, ideologi yang berbeda, gagasan yang berbeda merupakan suatu kewajaran dalam berdemokrasi. Ketika segala perbedaan itu justru menjadi pemantik keributan dan permusuhan maka diperlukan keberadaan sosok penengah yang dapat meredam tensi tinggi perdebatan itu. Kita membutuhkan sosok Soekarno yang mendeklarasikan Indonesia dalam gerakan non-blok diantara blok barat dan timur, Amerika Serikat dan Uni Soviet. 

Saat ini kita butuh pribadi-pribadi yang memiliki jiwa agen of change didalam dirinya sehingga mampu menjadi penghubung sekaligus penghapus sekat pembatas perbedaan gagasan.  Para pribadi pembawa perubahan ini harus bisa memastikan bahwa nanti ketika hasil pemilihan umum Presiden - Wakil Presiden menunjukkan prosentase 49%: 51% untuk masing-masing pangan, hal itu tetap berarti 100% kemenangan untuk warga negara Indonesia. 

Perbedaan pandangan atau gagasan hanyalah masalah perbedaan jalan untuk mencapai tujuan yang sama. Sehingga tidak ada gunanya apabila perbedaan itu justru menjadikan kita terpecah belah seperti halnya dulu Jerman Barat dan Jerman Timur atau Korea Selatan dan Korea Utara. Mari menjadi agent of change untuk menjaga keutuhan bangsa kita.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun