Mohon tunggu...
Agil Lesmana
Agil Lesmana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

kesabaran obat dari segalanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontrak Derivatif dalam Perspektif Ekonomi Syariah

22 Maret 2024   19:39 Diperbarui: 22 Maret 2024   19:48 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transaksi  Derivatif  dalam Perspektif Ekonomi Syariah

Dalam     pandangan     syariah uang berfungsi   tidak   lebih   sebagai   alat   tukar (medium of exchange) dan bukan merupakan komoditi yang diperdagangkan. Sehingga sebenarnya syariah tidak mengenal  istilah  perdagangan  uang, akan tetapi lebih banyak     menggunakannya dengan istilah sharf (money exchange)

Dalam   istilah   s}arf,   tukar   menukar uang  harus  dilakukan  secara  tunai  (spot), baik  itu  pada  uang  sejenis  maupun  beda jenis (valas).  Pembayaran   tunai   tersebut menjadi    penting,    karena    dalam    Islam pembayaran  jual  beli  mata  uang  ataupun valas dengan  future  dan  forward  dilarang. Hal  tersebut  berdasarkan  hadis  Nabi  saw. yang melarang jual beli emas dengan perak dengan pembayaran  tangguh.  Para  ulama juga  berpendapat  bahwa  jual  beli  salam terhadap     mata     uang     juga     dilarang, berdasarkan hadis  Abu  Sa'id  al-Khudri: Jual beli salam terhadap mata uang adalah riba.

Hal  tersebut  juga  berlaku  dalam  jual beli   saham   baik   secara   future   maupun forward,  maka  jual  beli  saham  oleh  para pialang tersebut  juga  tidak  diperbolehkan Islam   apabila   saham   tersebut   belum   ia miliki   sebagaimana   yang   banyak   terjadi dalam pasar   sekunder.   Jual   beli   saham sebelum    adanya    kepemilikkan    tersebut pada     dasarnya     dilakukan     atas     dasar spekulasi   untuk   mencari   keutungan   dari perbedaan   harga   dalam   transaksi   jangka pendek. Mereka hanya mencari capital gain dari transaksi  saham  yang  mereka  lakukan sehingga  transaksi  yang  mereka  lakukan tersebut   tidak   mencerminkan   kehidupan ekonomi   sektor   riil.Hal   ini   merupakan bentuk   gambling   (maysir,   qimar)   yang dilarang  dalam  Islam.  Belum  lagi  dengan adanya  saham  preferen  yang  memberikan sejumlah  keistimewaan  pada  pemegangnya dalam  bentuk  keuntungan  tetap  yang pada hakekatnya   tidak   ada   bedanya   dengan bunga. Ini  sama  halnya  dengan  obligasi yang  dilarang  dalam  Islam  karena  adanya imbalan yang bersifat tetap berupa bunga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun