LK. 3.1. Menyusun Best Practices
Meningkatkan Kemampuan Literasi, Retensi Pengetahuan, Motivasi Belajar dan Sikap Ramah Digital Peserta Didik
Best Practices
Aghry Wiranata Anugrah, S.Pd.
Lokasi
: SMP Fitrah Islamic World Academy (FIWA)
Lingkup Pendidikan
: SMP
Tujuan yang ingin dicapai
: Tujuan yang ingin saya capai adalah:
- Meningkatkan kemampuan literasi membaca peserta didik.
- Meningkatkan retensi pengetahuan peserta didik.
- Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
- Meningkatkan sikap ramah digital peserta didik.
Penulis
: Aghry Wiranata Anugrah, S,Pd.
Tanggal
: 07 Desember 2022
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh kepada seluruh pendidik hebat di Indonesia. Perkenalkan saya Aghry Wiranata Anugrah, seorang guru IPA Biologi yang mulai berkiprah dalam dunia pendidikan sejak lulus SMA di tahun 2010. Kini saya mengajar di SMP Fitrah Islamic World Academy (FIWA) yang berlokasi di Ciseeng - Bogor, Jawa Barat. FIWA adalah lembaga pendidikan yang memiliki visi dan misi bertaraf internasional. Demi mencapai visi dan misi tersebut FIWA menyusun 9 tujuan yang terdiri dari aspek aqidah, akhlak, ibadah, tahfidz, bahasa arab, bahasa inggris, akademik, leadership dan enterpreuneur. Fasilitas yang disediakan sangat memadai untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut termasuk fasilitas teknologi.
Pendidikan adalah langkah untuk menyiapkan peserta didik menghadapi zamannya. Pembelajaran abad 21 akan menguatkan kemampuan peserta didik diajak berpikir kritis untuk memecahkan masalah yg terjadi di sekitarnya dengan cara berkolaborasi dan mengkomunikasikannya dengan karya yg kreatif. Kita kenal kemampuan ini dengan istilah 21st Century Skill yaitu 4C (Critical Thinking, Collaboration, Communication, Creativity).
Kesiapan peserta didik dalam menghadapi zamannya dapat diukur pada hasil belajarnya dengan asesmen yang tepat. Pada kelas yang saya ampu, ditemukan adanya peserta didik yang masih memiliki hasil belajar yang rendah. Saya mencoba mengidentifikasi masalah yang menjadi penyebab hasil belajar peserta didik masih rendah. Proses identifikasi masalah ini dilakukan dengan melakukan refleksi diri, observasi kelas dan diskusi teman sejawat. Masalah yang teridentifikasi adalah rendahnya kemampuan literasi, retensi pengetahuan rendah, motivasi belajar rendah dan sikap ramah digital peserta didik yang masih rendah. Masalah – masalah tersebut terlihat pada peserta didik seperti ketahanan durasi membaca yang pendek, lupa pada materi yang dipelajari sebelumnya, pasif dalam kegiatan pembelajaran dan kecenderungan membuka konten teknologi yang tidak berkaitan dengan pembelajaran.
Permasalahan tersebut saya eksplorasi lebih jauh dengan mencari akar masalah dan solusinya melalui kegiatan studi literatur dari buku dan jurnal, wawancara teman sejawat, kepala sekolah, pengawas dan pakar pendidikan. Berdasarkan kegiatan eksplorasi tersebut ternyata akar masalahnya kembali pada guru yang masih belum mengoptimalkan strategi pembelajaran dengan baik. Solusinya adalah guru harus mengoptimalkan penerapan strategi pembelajaran abad 21, salah satunya adalah pembelajaran berdiferensiasi.
Saya berpikir bahwa ada kemungkinan bahwa di lembaga pendidikan lain akan ditemukan permasalahan yang serupa. Maka dalam menyelesaikan masalah ini saya membuat aksi nyata dari salah satu kegiatan pembelajaran yang menampilkan bagaimana contoh penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan inovatif. Saya berharap dari video aksi nyata ini akan memberikan inspirasi dan gambaran nyata bagi seluruh pendidik hebat di Indonesia dan dunia yang hendak menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan inovatif di sekolahnya sehingga pendidikan kita akan berkembang menjadi lebih baik. Maka dari itu saya akan mengambil peran sebagai inspirator untuk sesama guru atas dasar tanggung jawab seorang pendidik yang menginginkan kemajuan untuk negeri ini.
Tantangan saya dalam melakukan aksi nyata tersebut adalah bagaimana saya mampu mencontohkan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dan inovatif dengan benar sehingga saya perlu melakukan beberapa hal. Pertama, berdasarkan eskplorasi solusi yang ditentukan saya kembali belajar tentang dasar dan landasan teori pendidikan serta langkah – langkah yang tepat dari berbagai referensi. Saya juga belajar dari aksi nyata guru hebat lainnya yang bisa dengan mudah diakses melalui aplikasi merdeka mengajar, youtube dan pelatihan MGMP serta komunitas. Kedua, saya mempraktikan solusi tersebut kedalam setiap pembelajaran yang saya lakukan. Ketiga, melakukan evaluasi atas praktik baik yang saya lakukan dengan refleksi diri, umpan balik dari peserta didik dan observasi oleh teman sejawat dan kepala sekolah. Setiap kekurangan yang terlihat menjadi bahan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Feedback dari orang lain ini juga beberapa kali saya manfaatkan aplikasi yang lebih membuka kesempatan berkolaborasi dengan lebih luas seperti mengupload video ke youtube dan aplikasi merdeka mengajar. Hingga pada tahapan saya merasa bisa turut berbagi aksi nyata melalui media yang sekarang sedang bapak ibu guru gunakan.
Pada aksi nyata ini, saya mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan inovatif pada materi sistem pencernaan di kelas 9C SMP FIWA. Strategi pembelajaran yang saya gunakan adalah pendekatan saintifik-TPACK, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan metode berdiferensiasi. Pembelajaran didesain menarik, interaktif dan berpusat pada siswa. Pembelajaran berlangsung secara berdiferensiasi, dimana guru melibatkan siswa untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dengan membuat konten materi, proses dan produk beragam sesuai dengan karakteristik siswa. Tidak lupa setiap kegiatan akan menguatkan tercapainya 9 goals FIWA demi visi misi FIWA yg memberikan kebaikan untuk semesta.
Sebelum masuk kelas, peserta didik melakukan kegiatan literasi membaca secara asyncronus dengan teknik SQ3R. Peserta didik mendapatkan LKPD SQ3R setiap kali pembelajaran berakhir untuk diisi sebelum masuk pertemuan selanjutnya, dengan LKPD tersebut diharapkan kegiatan literasi membaca lebih optimal, materi pra syarat terpenuhi dan peserta didik memiliki pengetahuan awal pada materi baru sehingga mengurangi kegiatan LOTS saat KBM.
Kegiatan dibuka dengan pendahuluan. Peserta didik dipastikan siap mengikuti kegiatan dengan guru menyapa, memberikan semangat, mengecek kehadiran dan memulai pembelajaran dengan doa agar KBM memiliki nilai ibadah. Selanjutnya adalah apersepsi. Peserta didik membahas materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi baru. Kemudian adalah kegiatan motivasi. Peserta didik merenungi ayat inspirasi dan mendapatkan pengalaman kontekstual learning agar mereka termotivasi setelah melihat manfaat dari materi yang akan dipelajari. Mereka juga akan mendapatkan penguatan aqidah, perbaikan akhlak dan inspirasi dalam menerapkan manfaat pada kehidupannya. Saat peserta didik mulai masuk ke dalam dunia yang sedang kita bangun maka mereka mulai bisa menerima informasi terkait pembelajaran. Peserta didik diberitahu tujuan pembelajaran dan menjalankan asesmen diagnostik agar dapat dikelompokan sesuai karakteristik mereka. Asesmen diagnostik juga manjadi panduan guru mendiferensiasikan materi agar pembelajaran dapat diberikan sesuai pada levelnya. Aplikasi Plickers yang digunakan dapat membuat proses asesmen lebih menarik, tidak membuat stres dan memberikan hasil pengukuran secara real time.
Pada kegiatan inti, kita masuk dalam sintaks dari model yang dipilih yaitu PBL. Sintaks yang pertama adalah orientasi pada masalah. Peserta didik mendapatkan masalah yg relevan dan aktual untuk dipecahkan. Pada materi ini saya memilih masalah yang terjadi pada David Fogel, seorang pria yang memiliki gen langka dan menyebabkan ia mengidap kanker lambung. Demi menyelamatkan dirinya maka dia melakukan tindakan medis yaitu gastrektomi dimana lambungnya diangkat lalu eshofagus disambungkan langsung ke usus halus. Seorang pria yang hidup tanpa lambung akan menjadi masalah yang menantang dan merangsang peserta didik untuk berpikir kritis. Mereka akan menganalisis kasus tersebut dengan membangun pengetahuannya secara mandiri. Guru memberikan pertanyaan pemantik agar kegiatan pemecahan masalah tetap terarah pada tujuan pembelajaran.
Sintaks yang kedua adalah mengorganisasikan peserta didik. Mereka dikelompokan secara heterogen sesuai karakteristiknya berdasarkan hasil asesmen diagnostik. Mereka duduk bersama untuk melakukan kegiatan investigasi dan diskusi secara kolaboratif. Setiap kelompok berhak menentukan nama kelompok sesuai dengan tema materi yaitu makanan. Nama makanan yang terpilih akan merangsang peserta didik untuk mengenal jenis makanan dan asal daerahnya. Guru memberikan e-LKPD yang dibuat dengan aplikasi google slide agar lebih interaktif dan menarik. FIWA menyediakan chromebook untuk setiap peserta didik. Gawai ini dipilih karena memiliki fitur yang mampu meningkatkan sikap ramah digital peserta didik. Bagi sekolah yang mengandalkan gawai milik pribadi peserta didik dapat memanfaatkan aplikasi insight teacher faronic yang juga mampu meningkatkan sikap ramah digital.
Sintaks yang ketiga adalah membimbing penyelidikan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi akan sangat terlihat pada bagian ini dimana peserta didik secara merdeka diperbolehkan melakukan penyelidikan dengan konten dan proses yang beragam sesuai dengan karakteristik mereka. Pada aksi nyata ini terlihat peserta didik memilih media yang beragam untuk mengumpulkan data seperti dengan menonton video, media virtual reality, buku, website dan wawancara guru. Teknologi memberikan banyak pilihan bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada serangkaian kegiatan ini, guru berperan sebagai fasilitator agar pengetahuan yang sedang dibangun secara mandiri oleh peserta didik tidak keliru dan tetap mengarah pada tujuan pembelajaran.
Sintaks yang ke empat adalah mengembangkan dan menyajikan karya. Penyelidikan dan diskusi kelompok akan menghasilkan ide dan gagasan yang perlu dituangkan pada sebuah karya untuk nantinya mereka komunikasikan ke kelompok lainnya. Karya yang dikembangkan juga dibuat berdiferensiasi. Sebagian besar peserta didik di aksi nyata ini memilih menggunakan aplikasi canva untuk membuat poster. Sebagian lagi menggunakan google slide. Keberagaman alat, aplikasi, desain, produk karya, dan bahasa yang digunakan peserta didik untuk menyajikan karya adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang nampak pada aksi nyata ini.
Sintaks yang kelima adalah mengevaluasi proses pemecahan masalah. Karya yang disajikan mendapatkan umpan balik dari kelompok lain dan guru untuk mengkonfirmasi keabsahan data yg disampaikan. Ketercapaian tujuan pembelajaran dikonfirmasi dengan asesmen formatif. Peserta didik dapat memilih aplikasi yang disediakan oleh guru untuk menggambarkan hasil belajar mereka. Beberapa peserta didik memilih mengikuti tes menggunakan aplikasi google form karena lebih praktis dan sunyi. Sebagian lagi memilih menggunakan aplikasi quiziz karena lebih interaktif seolah sedang bermain permainan saja. Bahkan dalam pengerjaan tes kita bisa lakukan secara berdiferensiasi.
Kegiatan penutupan berisi informasi kepada peserta didik terkait program remedial atau pengayaan. Tidak lupa juga untuk membuat kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dilakukan dan membuat refleksi agar setiap peserta didik terlibat dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan guru mendapatkan informasi apa saja kegiatan yang perlu dipertahankan, kegiatan yang perlu diperbaiki dan kegiatan yang perlu ditingkatkan.
Dampak dari kegiatan ini dapat menyelesaikan masalah teridentifikasi yang sebelumnya sudah disampaikan. Terukur dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik, umpan balik yang baik dan tidak nampaknya gejala pada masalah seperti durasi literasi peserta didik yang meningkat dan efektif, retensi pengetahuan yang tinggi, antusias dan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran dan bersikap ramah digital. Aksi nyata ini kemudian saya bagikan ke forum guru FIWA, youtube dan aplikasi merdeka mengajar dan mendapatkan umpan balik positif dari penonton seperti kalimat “sangat menginspirasi” dan “ditunggu karya lainnya”. Faktor keberhasilan pada kegiatan ini dapat terwujud karena perencanaan yang matang berdasarkan identifikasi masalah dan langkah – langkah ilmiah selanjutnya dalam rangka menentukan aksi serta dukungan dari berbagai pihak seperti narasumber, guru – guru yang menginspirasi dan juga sekolah yang totalitas dalam mendidik. Saya menyadari bahwa saya harus terus belajar dan mengembangkan diri agar terus menjadi seorang pendidik yang profesional, inovatif, inspiratif dan mampu mengantarkan peserta didik pada kesuksesannya. Salam luar biasa untuk seluruh pendidik hebat di Indonesia. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H