Mohon tunggu...
Aghry Wiranata Anugrah
Aghry Wiranata Anugrah Mohon Tunggu... Guru - guru

Belajar menjadi guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Literasi, Retensi Pengetahuan, Motivasi Belajar dan Sikap Ramah Digital Peserta Didik

9 Desember 2022   14:38 Diperbarui: 9 Desember 2022   14:50 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh kepada seluruh pendidik hebat di Indonesia. Perkenalkan saya Aghry Wiranata Anugrah, seorang guru IPA Biologi yang mulai berkiprah dalam dunia pendidikan sejak lulus SMA di tahun 2010. Kini saya mengajar di SMP Fitrah Islamic World Academy (FIWA) yang berlokasi di Ciseeng - Bogor, Jawa Barat. FIWA adalah lembaga pendidikan yang memiliki visi dan misi bertaraf internasional. Demi mencapai visi dan misi tersebut FIWA menyusun 9 tujuan yang terdiri dari aspek aqidah, akhlak, ibadah, tahfidz, bahasa arab, bahasa inggris, akademik, leadership dan enterpreuneur. Fasilitas yang disediakan sangat memadai untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut termasuk fasilitas teknologi. 

Pendidikan adalah langkah untuk menyiapkan peserta didik menghadapi zamannya. Pembelajaran abad 21 akan menguatkan kemampuan peserta didik diajak berpikir kritis untuk memecahkan masalah yg terjadi di sekitarnya dengan cara berkolaborasi dan mengkomunikasikannya dengan karya yg kreatif. Kita kenal kemampuan ini dengan istilah 21st Century Skill yaitu 4C (Critical Thinking, Collaboration, Communication, Creativity).

Kesiapan peserta didik dalam menghadapi zamannya dapat diukur pada hasil belajarnya dengan asesmen yang tepat. Pada kelas yang saya ampu, ditemukan adanya peserta didik yang masih memiliki hasil belajar yang rendah. Saya mencoba mengidentifikasi masalah yang menjadi penyebab hasil belajar peserta didik masih rendah. Proses identifikasi masalah ini dilakukan dengan melakukan refleksi diri, observasi kelas dan diskusi teman sejawat. Masalah yang teridentifikasi adalah rendahnya kemampuan literasi, retensi pengetahuan rendah, motivasi belajar rendah dan sikap ramah digital peserta didik yang masih rendah. Masalah – masalah tersebut terlihat pada peserta didik seperti ketahanan durasi membaca yang pendek, lupa pada materi yang dipelajari sebelumnya, pasif dalam kegiatan pembelajaran dan kecenderungan membuka konten teknologi yang tidak berkaitan dengan pembelajaran.

Permasalahan tersebut saya eksplorasi lebih jauh dengan mencari akar masalah dan solusinya melalui kegiatan studi literatur dari buku dan jurnal, wawancara teman sejawat, kepala sekolah, pengawas dan pakar pendidikan. Berdasarkan kegiatan eksplorasi tersebut ternyata akar masalahnya kembali pada guru yang masih belum mengoptimalkan strategi pembelajaran dengan baik. Solusinya adalah guru harus mengoptimalkan penerapan strategi pembelajaran abad 21, salah satunya adalah pembelajaran berdiferensiasi.

Saya berpikir bahwa ada kemungkinan bahwa di lembaga pendidikan lain akan ditemukan permasalahan yang serupa. Maka dalam menyelesaikan masalah ini saya membuat aksi nyata dari salah satu kegiatan pembelajaran yang menampilkan bagaimana contoh penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan inovatif. Saya berharap dari video aksi nyata ini akan memberikan inspirasi dan gambaran nyata bagi seluruh pendidik hebat di Indonesia dan dunia yang hendak menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan inovatif di sekolahnya sehingga pendidikan kita akan berkembang menjadi lebih baik. Maka dari itu saya akan mengambil peran sebagai inspirator untuk sesama guru atas dasar tanggung jawab seorang pendidik yang menginginkan kemajuan untuk negeri ini.

Tantangan saya dalam melakukan aksi nyata tersebut adalah bagaimana saya mampu mencontohkan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dan inovatif dengan benar sehingga saya perlu melakukan beberapa hal. Pertama, berdasarkan eskplorasi solusi yang ditentukan saya kembali belajar tentang dasar dan landasan teori pendidikan serta langkah – langkah yang tepat dari berbagai referensi. Saya juga belajar dari aksi nyata guru hebat lainnya yang bisa dengan mudah diakses melalui aplikasi merdeka mengajar, youtube dan pelatihan MGMP serta komunitas. Kedua, saya mempraktikan solusi tersebut kedalam setiap pembelajaran yang saya lakukan. Ketiga, melakukan evaluasi atas praktik baik yang saya lakukan dengan refleksi diri, umpan balik dari peserta didik dan observasi oleh teman sejawat dan kepala sekolah. Setiap kekurangan yang terlihat menjadi bahan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Feedback dari orang lain ini juga beberapa kali saya manfaatkan aplikasi yang lebih membuka kesempatan berkolaborasi dengan lebih luas seperti mengupload video ke youtube dan aplikasi merdeka mengajar. Hingga pada tahapan saya merasa bisa turut berbagi aksi nyata melalui media yang sekarang sedang bapak ibu guru gunakan.

Pada aksi nyata ini, saya mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan inovatif pada materi sistem pencernaan di kelas 9C SMP FIWA. Strategi pembelajaran yang saya gunakan adalah pendekatan saintifik-TPACK, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan metode berdiferensiasi. Pembelajaran didesain menarik, interaktif dan berpusat pada siswa. Pembelajaran berlangsung secara berdiferensiasi, dimana guru melibatkan siswa untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dengan membuat konten materi, proses dan produk beragam sesuai dengan karakteristik siswa. Tidak lupa setiap kegiatan akan menguatkan tercapainya 9 goals FIWA demi visi misi FIWA yg memberikan kebaikan untuk semesta.

Sebelum masuk kelas, peserta didik melakukan kegiatan literasi membaca secara asyncronus dengan teknik SQ3R. Peserta didik mendapatkan LKPD SQ3R setiap kali pembelajaran berakhir untuk diisi sebelum masuk pertemuan selanjutnya, dengan LKPD tersebut diharapkan kegiatan literasi membaca lebih optimal, materi pra syarat terpenuhi dan peserta didik memiliki pengetahuan awal pada materi baru sehingga mengurangi kegiatan LOTS saat KBM.

Kegiatan dibuka dengan pendahuluan. Peserta didik dipastikan siap mengikuti kegiatan dengan guru menyapa, memberikan semangat, mengecek kehadiran dan memulai pembelajaran dengan doa agar KBM memiliki nilai ibadah. Selanjutnya adalah apersepsi. Peserta didik membahas materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi baru. Kemudian adalah kegiatan motivasi. Peserta didik merenungi ayat inspirasi dan mendapatkan pengalaman kontekstual learning agar mereka termotivasi setelah melihat manfaat dari materi yang akan dipelajari. Mereka juga akan mendapatkan penguatan aqidah, perbaikan akhlak dan inspirasi dalam menerapkan manfaat pada kehidupannya. Saat peserta didik mulai masuk ke dalam dunia yang sedang kita bangun maka mereka mulai bisa menerima informasi terkait pembelajaran. Peserta didik diberitahu tujuan pembelajaran dan menjalankan asesmen diagnostik agar dapat dikelompokan sesuai karakteristik mereka. Asesmen diagnostik juga manjadi panduan guru mendiferensiasikan materi agar pembelajaran dapat diberikan sesuai pada levelnya. Aplikasi Plickers yang digunakan dapat membuat proses asesmen lebih menarik, tidak membuat stres dan memberikan hasil pengukuran secara real time. 

Pada kegiatan inti, kita masuk dalam sintaks dari model yang dipilih yaitu PBL. Sintaks yang pertama adalah orientasi pada masalah. Peserta didik mendapatkan masalah yg relevan dan aktual untuk dipecahkan. Pada materi ini saya memilih masalah yang terjadi pada David Fogel, seorang pria yang memiliki gen langka dan menyebabkan ia mengidap kanker lambung. Demi menyelamatkan dirinya maka dia melakukan tindakan medis yaitu gastrektomi dimana lambungnya diangkat lalu eshofagus disambungkan langsung ke usus halus. Seorang pria yang hidup tanpa lambung akan menjadi masalah yang menantang dan merangsang peserta didik untuk berpikir kritis. Mereka akan menganalisis kasus tersebut dengan membangun pengetahuannya secara mandiri. Guru memberikan pertanyaan pemantik agar kegiatan pemecahan masalah tetap terarah pada tujuan pembelajaran.

Sintaks yang kedua adalah mengorganisasikan peserta didik. Mereka dikelompokan secara heterogen sesuai karakteristiknya berdasarkan hasil asesmen diagnostik. Mereka duduk bersama untuk melakukan kegiatan investigasi dan diskusi secara kolaboratif. Setiap kelompok berhak menentukan nama kelompok sesuai dengan tema materi yaitu makanan. Nama makanan yang terpilih akan merangsang peserta didik untuk mengenal jenis makanan dan asal daerahnya. Guru memberikan e-LKPD yang dibuat dengan aplikasi google slide agar lebih interaktif dan menarik. FIWA menyediakan chromebook untuk setiap peserta didik. Gawai ini dipilih karena memiliki fitur yang mampu meningkatkan sikap ramah digital peserta didik. Bagi sekolah yang mengandalkan gawai milik pribadi peserta didik dapat memanfaatkan aplikasi insight teacher faronic yang juga mampu meningkatkan sikap ramah digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun