Mohon tunggu...
Aghniya KumalasyaLicha
Aghniya KumalasyaLicha Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Ilmu Komunikasi dI UPN “Veteran”Jakarta

Seorang mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti beragam kegiatan sosial. #PemudaParlemenIndonesia #RumahDisabilitasJakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perlunya Penerapan "Zero Stray Pawject" pada Kucing yang Overpopulated di DKI Jakarta

11 Desember 2023   22:54 Diperbarui: 12 Desember 2023   15:33 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Bagaimana Awalnya?

Ada alasan dibalik mengapa tanggal 4 Oktober ditetapkan menjadi hari hewan sedunia, dilansir dari situs resmi World Animal Day, Hari Hewan Sedunia pertama kali ditetapkan oleh Heinrich Zimmermann. Beliau ini merupakan penulis dan editor majalah Mensch und Hund. Sebagai penulis dan editor majalah, Heinrich menggunakan majalah tersebut untuk mempublikasikan kesejahteraan hewan kepada masyarakat umum serta mendirikan Komite Hari Hewan Sedunia. Perayaan Hari Hewan Sedunia pertama kali diadakan pada tanggal 24 Maret 1925 di Sport Palace di Berlin. Lebih dari 5.000 orang menghadiri perayaan tersebut. Penyelenggara acara tersebut awalnya merencanakan Hari Hewan Sedunia pada tanggal 4 Oktober, namun Sport Palace, satu-satunya tempat yang dapat menampung ribuan pengunjung pada saat itu, tidak dapat digunakan pada tanggal 4 Oktober. 

Oleh karena itu, perayaan ini tetap diadakan meskipun dilaksanakan pada bulan Maret hingga beberapa tahun kemudian. Pada tahun 1929, Hari Perlindungan Hewan Sedunia kembali diadakan pada tanggal 4 Oktober sesuai rencana semula. Pada bulan Mei 1931, pada pertemuan Organisasi Dunia untuk Perlindungan Hewan di Florence, Italia, usulan Heinrich Zimmermann untuk mendeklarasikan Hari Hewan Sedunia  pada tanggal 4 Oktober  diterima dengan suara bulat. Tanggal 4 Oktober dipilih sebagai Hari Hewan Sedunia karena  merupakan peringatan wafatnya Santo Fransiskus dari Assisi. Dia adalah santo pelindung ekologi, termasuk hewan. Menurut legenda, Santo Fransiskus bahkan bisa berbicara dengan binatang. Itulah sebabnya peringatan wafatnya Santo Fransiskus dari Assisi ditetapkan sebagai Hari Hewan Sedunia. (World Animal Day, 2023)

Seberapa pentingkah ‘hewan’ sehingga diperlukan untuk dibuatkan hari khusus untuk mereka? menurut laman resmi World Animal Day, Hari Hewan Sedunia diadakan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan hewan di seluruh dunia. Hari ini juga merupakan hari bagi para pecinta binatang di seluruh dunia. Ini adalah kesempatan untuk bersatu melawan kekejaman terhadap hewan. Misalnya saja penelantaran atau perlakuan tidak adil. Inti dari tanggal 4 Oktober adalah menjadikan dunia tempat yang lebih baik bagi semua hewan. Menurut situs resmi Kementerian Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Yogyakarta, memperingati Hari Hewan Sedunia bukan sekedar perayaan satu hari kepedulian dan perlindungan hewan, namun merupakan komitmen seumur hidup untuk melindungi hewan.

Mahatma Gandhi bahkan pernah berkata, "The greatness of a nation and its moral progress can be judged by the way its animals are treated," jika diterjemahkan, “Besarnya suatu bangsa dapat dinilai dari cara mereka memperlakukan hewan”. Memperingati Hari Hewan Sedunia dapat membangkitkan harapan dan tujuan dalam kesadaran umat manusia untuk melindungi seluruh makhluk hidup, termasuk hewan. Hal ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya dan kemajuan moral suatu bangsa ditentukan oleh bagaimana perlakuan terhadap hewan-hewan yang hidup di sekitar kita. Hewan adalah makhluk Tuhan. Memperlakukan hewan dengan hormat berarti menghormati Tuhan yang menciptakannya. (Akbarsha, Pereira, 2010).

Memelihara hewan merupakan salah satu hobi yang banyak diminati oleh masyarakat. Hewan peliharaan dapat dijadikan sebagai teman, sosialisasi, keindahan atau refreshing, status dan sesuatu untuk dilakukan (Made & Wenagama, 2013). Banyak sekali jenis hewan yang dipelihara mulai dari mamalia, unggas, dan reptil. Kucing merupakan salah satu hewan mamalia yang paling sering dipelihara oleh manusia. Di Indonesia, jumlah kucing terus meningkat. Menurut Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Air Provinsi DKI Jakarta, jumlah kucing yang terdaftar di Indonesia pada tahun 2021 sebanyak 2,8 juta ekor. Survei yang dilakukan Rakuten Insight pada tahun 2021 juga menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan jumlah kucing terbanyak, hingga 47% dibandingkan negara lain. negara-negara lain di Asia. 

Menurut data Statista, terdapat sekitar 370 juta kucing di seluruh dunia yang dipelihara sebagai hewan peliharaan. Kucing memang salah satu binatang peliharaan yang banyak disukai, termasuk di Indonesia. Menurut laporan dari Rakuten Insight tentang Pet Ownership in Asia pada 2021, kucing menduduki peringkat pertama binatang yang paling banyak dipelihara di Indonesia. Sekitar 47% orang Indonesia memelihara kucing. Di posisi dua ditempati oleh anjing sebanyak 10%. (Rakuten, 2021). Memperhatikan kesehatan merupakan hal terpenting dalam memelihara kucing, yaitu dengan memberinya makanan dan minuman yang cukup. 

Bila tidak memberikan asupan makanan, kucing mudah terserang penyakit. Sering sekali terjadi dimana seorang pemilik hewan peliharaan mendapati kucing peliharaannya sakit bahkan mati tanpa diketahui penyakit apa yang menyerangnya, walaupun kucing tersebut dipelihara di dalam rumah, tidak menjamin kucing tersebut tidak terserang penyakit. Dilihat dari kasus kematian puluhan kucing yang terjadi di daerah Sunter, Jakarta Pusat, penyebab mati mendadak terjadi dikarenakan racun zat kimia yang dapat melumpuhkan sistem saraf serta merusak sendi dan otot kucing. Selain keracunan, penyebab lain yang bisa membuat kucing mati mendadak adalah paparan virus pada kucing yang sering terjadi, seperti Feline panleukopenia virus, Feline calici virus, ataupun feline infectious peritonitis (FIP) yang disebabkan virus corona. (Iqbal, 2023). Minimnya pengetahuan dan wawasan akan penyakit pada kucing di kalangan pemelihara kucing dapat membuat tingkatan kematian kucing akan semakin tinggi.

Kucing memiliki kemampuan reproduksi yang sangat cepat, apabila dibiarkan, jumlah kucing akan dengan cepat melebihi daya dukung tempat penampungan atau tempat penginapan hewan dan lokasi lainnya (Coe, 2021). Kucing liar dan tunawisma merupakan masalah serius di banyak daerah. Mensterilisasikan kucing betina  membantu mengurangi jumlah kucing liar  dan mencegah peningkatan kucing liar. Salah satu alasan utama untuk mensterilkan kucing betina adalah untuk mengendalikan populasi kucing (Pereira, 2018). Populasi kucing  yang  berlebihan  dapat  mengakibatkan  peningkatan  jumlah  kucing  yang tidak terawat  dengan  baik,  yang  dapat  mengalami  kesengsaraan,  kelaparan,  dan  penyakit (Suryadi, Sulihan, 2010). Semakin bertambahnya populasi, makan semakin besar kemungkinan manusia akan bertemu atau terpapar dengan kucing liar yang berkemungkinan berperan sebagai pembawa penyakit. Selain itu, kekhawatiran atas kepadatan populasi kucing domestik liar adalah masalah global yang terkait dengan kesejahteraan kucing dan risiko terhadap kesehatan masyarakat. Kelebihan populasi juga  berdampak pada persaingan pangan, sehingga kesejahteraan hewan  tidak dapat terjamin. Animal welfare atau kesejahteraan hewan adalah suatu keadaan fisik dan psikologi hewan  sebagai  usaha  untuk  mengatasi  lingkungannya.  Undang-Undang  Nomor  18 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Hewan menyatakan bahwa Animal welfare adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan  dari  perlakuan  setiap  orang  yang  tidak  layak  terhadap  hewan  yang dimanfaatkan manusia 

Sebagai bentuk upaya untuk mewujudkan animal welfare, kontrol populasi dengan sterilisasi dianggap dapat menjadi solusi dalam isu rusaknya rantai makanan supaya terjadi keseimbangan terkait peran kucing yang ada di tingkat teratas sebagai predator. Ekosistem yang dihasilkan secara sistematis memiliki ketidakseimbangan. Oleh karena itu, ledakan populasi kucing liar yang merepresentasikan ketimpangan tentu saja merupakan akibat dari perlunya menelusuri akar permasalahannya secara cermat agar kita dapat menyikapinya dengan bijak dan bijaksana. Manakala sebuah ekosistem dengan jaring-jaring makanan dan rantai makanannya ada yang terputus atau terganggu, maka hukum alam akan terjadi dan secara mau tidak mau harus menerima akibat yang ditimbulkan, baik itu jumlah populasi tikus yang mengganggu kenyamanan dapat menjadi lebih tinggi maupun populasinya yang berkurang akibat naik turunnya populasi kucing yang terjadi. 

Berbicara mengenai penyelesaian masalah dari akar akarnya, Zero Stray Pawject merupakan sebuah komunitas yang bekerja dalam mengatasi pengurangan jumlah hewan liar secara berkelanjutan yang berawal di Yunani. Hal yang membuat spesial dari adanya komunitas ini adalah mereka melakukan upaya dengan mengedukasi pemerintah serta membantu untuk melakukan intervensi sebelum hewan peliharaan tersebut berakhir di jalanan serta mempromosikan atau mempublikasikan kepemilikan hewan peliharaan yang bertanggung jawab kepada masyarakat. Program ini bisa diterapkan dimana saja dan dapat meningkatkan komunitas di seluruh dunia. (“Zero Stray Pawject”, 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun