Judul Film: ?Â
Sutradara: Hanung Bramantyo
Tahun rilis: 2011
Durasi film: 100 menit
Permasalahan seputar agama dan ras bukanlah hal yang tidak pernah ditemukan di Indonesia. Layaknya dalam sebuah kepulauan yang menganut banyak kepercayaan dan beragam suku budaya.Â
Sudah tidak asing lagi pertengkaran demi nama Tuhan dapat ditemukan dalam negara ini. Frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' yang kerap diajarkan kepada kita saat SD seakan-akan terlupakan.Â
Begitulah masalah utama yang diangkat film berjudul "?" Ini. Film rilis tahun 2011 yang disutradarai Hanung Bramantyo berdurasi 100 menit merupakan sebuah testimoni sinematis akan sisi buruk Indonesia yang sampai sekarang saja makin parah. Dengan bintang-bintang Reza Rahadian, Henky Solaiman, serta Deddy Sutomo, film bergenre drama ini mengangkat banyak tema fanatisme.Â
Dimulai dengan kasus mencekam dimana seorang pastor gereja ditusuk pisau oleh pelaku teroris. Cerita ini berputar sekitar keberadaan tiga keluarga yang kehidupannya saling terikat dengan satu sama lain, dan dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Mereka semua tinggal di Kota Semarang, Jawa Tengah.Â
Ada sosok Tan Kat Sun dengan istrinya Lim Giok Lie, yang menjalankan sebuah restoran Tionghoa bersama dan penganut agama Buddha. Sebagai aksi toleransi dan tindakan kehormatan, ada sebuah peraturan di restoran tersebut dimana para pegawai muslim diperbolehkan libur idul fitri dan diberi waktu sholat. Serta alat-alat masak untuk babi dipisah dari daging lainnya.Â
Salah satu pekerjanya yakni Menuk, istri dari Soleh yang tinggal satu rumah bersama anak mereka dan adik perempuan Soleh. Soleh memiliki ego tinggi dan membenci dirinya karena tidak pernah bisa mendapatkan pekerjaan stabil, dan merasa malu bahwa istrinya harus membanting tulang demi menafkahi keluarganya. Maka, walaupun Menuk selalu sabar menanggapi Soleh, Soleh justru meminta cerai.Â
Lalu di wilayah yang sama, tinggallah seorang wanita bernama Rika yang baru mengalami cerai dari suaminya yang selingkuh. Rika dikaruniai anak semata wayang, yang namanya Abi.Â
Di kalangan komunitas agamanya, Rika dianggap rendah karena perceraiannya dan karena Rika berpindah agama dari Islam ke Katolik, hingga dicap khafir. Namun Ia memiliki teman baik yaitu Surya.Â
Surya adalah seorang aktor yang, walaupun sudah bekerja 10 tahun lamanya, tidak pernah mendapati peran serius dan selalu hanya menjadi figuran. Namun suatu hari, Ia mendapati sebuah kesempatan besar karena mendapati peran sebagai Yesus dalam drama paskah.Â
Hanya saja satu masalah; Surya penganut agama muslim, dan Ia mengalami konflik batin. Surya pada akhirnya memutuskan untuk mencari konsultasi kepada Ustadnya.
Tan Kat Sun yang memang sudah sakit parah mulai mengalihkan pekerjaan restoran dia kepada anak satu-satunya, Hendra, yang tidak menghormati agama muslim dan mencabut semua peraturan ayahnya.Â
Hal ini pun ditanggapi dengan kasar oleh komunitas muslim setempat, yang menghancurkan restoran tersebut dan melukai Tan Kat Sun sampai meninggal karena mereka kira Ia yang mencabut peraturan tersebut. Salah satu orang yang memukul Tan Kat Sun sampai meninggal adalah Soleh.Â
Menuk amat sangat kecewa dan marah kepada Soleh, yang ingin meminta maaf pada malam Natal. Namun tidak sempat, karena saat misa dan bertugas di gereja sebagai banser yang melindungi gereja,Â
Soleh menemukan sebuah bom di salah satu tempat duduk gereja tersebut dan membawanya lari jauh dari gereja, agar tidak meledak dan kena orang lain selain dia sendiri.Â
Jika ditelaah dari sisi sinematografis, film ini amat sangat berhasil meremas emosi dengan dialognya yang kuat dan kerja kamera yang sesuai, hingga pada adegan tegang sangat menggarapi. Musik yang dipakai untuk mendampingi film ini juga sesuai suasana dan tidak melebihi, namun juga tidak kurang hingga terasa sepi. Sutradara Hanung Bramantyo memang tahu bagaimana cara membuat adegan-adegan yang tegang.Â
Pesan yang ingin disampaikan oleh Hanung Bramantyo berniat baik, dan merupakan langkah yang benar untuk memulai perbincangan tentang ekstrimisme dan fanatisme. Namun, menurut saya banyak sekali yang kurang dan masih bisa dikembangkan.Â
Meskipun secara alur cerita ini rapih, sistematis dan tidak bertele-tele sana-sini, satu aspek yang masih bisa dibuat lebih baik adalah perkembangan kepribadian karakter. Beberapa kali saya sendiri mempertanyakan batin diri jika karakter-karakter di dalam cerita ini benar atau salah.Â
sebagai contoh, Hendra diperlihatkan sebagai orang yang ganas dan kasar, berorientasi bisnis dan gampang marah. Namun di sisi lain, film ini menunjukkan bahwa itu disebabkan oleh diskriminasi yang Ia alami sebagai keturunan Tionghoa.Â
Soleh dari awal cerita merupakan pria yang egois dan membebani istri, dan dalam beberapa adegan telah melakukan tindakan-tindakan rasis. Ini dapat dibuktikan pada saat Soleh meminta cerai dengan istrinya walaupun Menuk sudah menyemangatinya terus-menerus. Namun pada akhirnya Ia tiba-tiba 'baik' karena membawa lari bom dari tempat duduk gereja untuk menyelamatkan banyak orang.Â
Jadi bagaimana pesannya disini? Menurut saya kejolakan moralitas pada film ini kurang ditata dengan baik hingga kurang jelas apa yang ingin disampaikan. Pengembangan karakter terasa terlalu cepat dan tiba-tiba. Bahkan ada beberapa yang saya rasa belum tuntas, yakni sosok Hendra, yang pada akhirnya tiba-tiba langsung berubah dan pindah agama.Â
Meskipun itu, saya bisa mengapresiasi film ini karena sudah berani mengangkat permasalahan yang cukup kontroversial di masyarakat kami dan tindakan-tindakan terorisme yang melanda Indonesia. Kejadian-kejadian seperti pengeboman tempat beribadah, stereotip agama, hingga rasisme terhadap kaum keturunan Tionghoa ditelaah secara hati-hati dan jelas.
Secara keseluruhan, saya memberi film ini nilai 6.5/10. Film ini telah menyorotkan masalah fanatisme dengan menunjukan sampai sejauh mana orang tega bertindak secara kejam. Pada aspek tersebut, maka iya, film ini menyampaikannya dengan baik.Â
Namun dalam penggarapan karakter dan pencapaian pesan moral? Hal tersebut masih bisa dikembangkan. Akan tetapi saya masih bisa merekomendasikan film ini kepada mereka yang ingin mengajak sebuah diskusi tentang masalah fanatisme dan ekstrimisme di kalangan masyarakat Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI