Mohon tunggu...
Agatha Kiara Christy
Agatha Kiara Christy Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

:D

Selanjutnya

Tutup

Film

Film "?" Sebuah Diskusi akan Masalah Ekstremisme dalam Masyarakat

13 Maret 2022   09:20 Diperbarui: 22 Maret 2024   21:17 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Di kalangan komunitas agamanya, Rika dianggap rendah karena perceraiannya dan karena Rika berpindah agama dari Islam ke Katolik, hingga dicap khafir. Namun Ia memiliki teman baik yaitu Surya. 

Surya adalah seorang aktor yang, walaupun sudah bekerja 10 tahun lamanya, tidak pernah mendapati peran serius dan selalu hanya menjadi figuran. Namun suatu hari, Ia mendapati sebuah kesempatan besar karena mendapati peran sebagai Yesus dalam drama paskah. 

Hanya saja satu masalah; Surya penganut agama muslim, dan Ia mengalami konflik batin. Surya pada akhirnya memutuskan untuk mencari konsultasi kepada Ustadnya.

Tan Kat Sun yang memang sudah sakit parah mulai mengalihkan pekerjaan restoran dia kepada anak satu-satunya, Hendra, yang tidak menghormati agama muslim dan mencabut semua peraturan ayahnya. 

Hal ini pun ditanggapi dengan kasar oleh komunitas muslim setempat, yang menghancurkan restoran tersebut dan melukai Tan Kat Sun sampai meninggal karena mereka kira Ia yang mencabut peraturan tersebut. Salah satu orang yang memukul Tan Kat Sun sampai meninggal adalah Soleh. 

Menuk amat sangat kecewa dan marah kepada Soleh, yang ingin meminta maaf pada malam Natal. Namun tidak sempat, karena saat misa dan bertugas di gereja sebagai banser yang melindungi gereja, 

Soleh menemukan sebuah bom di salah satu tempat duduk gereja tersebut dan membawanya lari jauh dari gereja, agar tidak meledak dan kena orang lain selain dia sendiri. 

Jika ditelaah dari sisi sinematografis, film ini amat sangat berhasil meremas emosi dengan dialognya yang kuat dan kerja kamera yang sesuai, hingga pada adegan tegang sangat menggarapi. Musik yang dipakai untuk mendampingi film ini juga sesuai suasana dan tidak melebihi, namun juga tidak kurang hingga terasa sepi. Sutradara Hanung Bramantyo memang tahu bagaimana cara membuat adegan-adegan yang tegang. 

Pesan yang ingin disampaikan oleh Hanung Bramantyo berniat baik, dan merupakan langkah yang benar untuk memulai perbincangan tentang ekstrimisme dan fanatisme. Namun, menurut saya banyak sekali yang kurang dan masih bisa dikembangkan. 

Meskipun secara alur cerita ini rapih, sistematis dan tidak bertele-tele sana-sini, satu aspek yang masih bisa dibuat lebih baik adalah perkembangan kepribadian karakter. Beberapa kali saya sendiri mempertanyakan batin diri jika karakter-karakter di dalam cerita ini benar atau salah. 

sebagai contoh, Hendra diperlihatkan sebagai orang yang ganas dan kasar, berorientasi bisnis dan gampang marah. Namun di sisi lain, film ini menunjukkan bahwa itu disebabkan oleh diskriminasi yang Ia alami sebagai keturunan Tionghoa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun