Kasus covid-19 masih terus meningkat. Di Indonesia, kasus terkonfirmasi positif 56.899, sembuh 341.942, dan meninggal 13.943 dari update terakhir: 01-11-2020 berdasarkan situs resmi covid19.go.id.Â
Berwisata saat pandemi merupakan hal yang mungkin menakutkan untuk sebagian orang. Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi saat ini belum memungkinkan orang-orang untuk bepergian.Â
Orang-orang yang bepergian pun sebenarnya tuntutan dari pekerjaan yang mengharuskan orang tersebut untuk bekerja di lapangan atau keluar dari lingkungan rumah. Meskipun pemerintah telah menetapkan status new normal, tak dipungkiri masih ada sebagian orang yang takut untuk kembali bepergian.Â
Mau tidak mau siap tidak siap begitu kenyataan yang harus diterima. Semua orang harus menerima dan menghadapi pandemi ini bersama-sama. Pandemi covid-19 tidak pilih kasih. Efek yang ditimbulkan selama pandemi ini merajalela ke segala aspek: ekonomi, pendidikan, pemerintahan, pariwisata dan sebagainya.
Strategi Pengelolaan Objek Wisata Kala Pandemi
Banyak sekali objek wisata di Indonesia yang perlu dijelajahi oleh wisatawan. Setiap daerah pasti memiliki objek wisata yang menarik. Objek wisata tersebut dapat meliputi taman wisata, wisata air, kebun binatang, dan sebagainya.Â
Selama pandemi yang memuncak kemarin, semua akses ditutup untuk memutus rantai covid, termasuk kegiatan pariwisata. Ketika kegiatan pariwisata berhenti, otomatis sektor ekonomi daerah setempat juga mengalami kerugian tak sedikit. Seperti yang kita tahu, sektor pariwisata di Indonesia sangat mempengaruhi sektor ekonomi bangsa pula.Â
Banyak objek wisata yang telah dibuka kembali pasca new normal. Kegiatan pariwisata juga memiliki keterkaitan terhadap sektor-sektor lainnya, seperti sektor jasa, perdagangan, dan transportasi. Jika pengelolaan objek wisata tersebut dapat dikembangkan dengan baik, hal tersebut dapat mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah setempat.
Pasca new normal seperti ini sudah banyak perubahan sedikit demi sedikit pada strategi pengelolaan objek wisata. Masyarakat setempat bersama pemerintah daerah telah bangkit kembali atas keterpurukan selama pandemi dan ditutupnya objek-objek wisata kemarin.Â
Menurut Oka A. Yoeti (2008), kegiatan pariwisata berkaitan erat dengan tingkat perekonomian yang dicapai oleh suatu negara. Semakin tinggi tingkat perekonomian yang dicapai, maka kegiatan pariwisata di negara tersebut juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang memiliki tingkat perekonomian lebih rendah. Lantas, bagaimana strategi pengelolaan objek wisata kala pandemi? Banyak peluang yang bisa didapat dari kondisi new normal saat ini. Pengelola harus putar otak untuk membuat strategi pengelolaan objek wisata kala pandemi.
Hamel dan Prahalad (dalam Rangkuti 2006:4) menjelaskan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.Â
Sedangkan dalam KBBI V, pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan.Â
Jadi strategi pengelolaan adalah tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan untuk mengelola objek wisata kala pandemi seperti ini. Saat pandemi seperti ini, semua tempat wajib mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.Â
Namun yang masih menjadi masalah adalah masih banyak pengelola objek wisata yang cuek dengan keadaan yang sedang dihadapi sekarang. Sarana dan prasarana umumnya saja masih banyak yang tidak terawat, apalagi harus memenuhi protokol kesehatan. Sarana prasarana umum seperti toilet, musala atau tempat ibadah, kantin, penerangan, dan lahan parkir masih bayak yang kurang terawat.
Strategi pengelolaan objek wisata kala pandemi harus diterapkan sesuai protokol kesehatan. Aturan baru pun harus diterapkan di setiap objek wisata supaya antisipasi untuk memutus mata rantai covid-19.Â
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam upaya strategi ini adalah pengecekan suhu tubuh sebelum masuk ke dalam objek wisata, penyediaan tempat cuci tangan di setiap sudut, menggunakan masker, jaga jarak minimal 1 meter antar pengunjung, dan diwajibkan untuk membawa hand sanitizer setiap pengunjung. Hal-hal tersebut dapat diberlakukan kepada semua pengunjung dan pegawai di lokasi tersebut.Â
Selain dari sisi orangnya, hal yang perlu diperhatikan juga dari sisi tempat objek wisata tersebut. Hal yang dapat dilakukan adalah penyemprotan wahana atau fasilitas dengan cairan disinfektan secara berkala, selalu mengimbau dan memberi arahan protokol kesehatan, dan menyiapkan fasilitas kesehatan dan tenaga media di lokasi objek wisata tersebut.
Strategi pengelolaan objek wisata kala pandemi dapat dilaksanakan dan dikembangkan demi kebaikan bersama. Jika syarat-syarat dan protokol kesehatan sudah diterpakan, akan membuat orang nyaman untuk berwisata di tengah pandemi. Hal tersebut dilakukan juga sebagai bentuk dari fasilitas objek wisata. Sektor-sektor yang sudah disebutkan di atas juga dapat maju kembali setelah mengalami kemunduran.
Minat Masyarakat Berwisata
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 5, obyek wisata atau disebut daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.Â
Murphy (2005:45) menyatakan bahwa pariwisata merupakan keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen.Â
Objek wisata merupakan tempat wisata yang mempunyai daya tarik pengunjung (wisatawan) untuk mengunjungi tempat wisata tersebut (berwisata). Wisata ini merupakan perjalanan seseorang atau sekelompok orang untuk pergi ke tempat lain atau keluar dari tempat tinggal aslinya untuk mencari perjalanan baru.
Tujuan dari orang berwisata adalah menikmati keindahan objek wisata, melepaskan penat, dan mengexplore daerah wisata tersebut. Hal-hal yang menjadi incaran minat masyarakat dalam berwisata adalah (1) tempat wisata yang nyaman, indah, dan bersih; (2) daya tarik atau ciri khusus objek wisata tersebut; (3) objek wisata budaya seperti upacara-upacara adat, tarian kesenian, dan sebagainya. Wisatawan akan memiliki kesan tersendiri setalah berwisata ke tempat yang mereka inginkan. Minat wisatawan untuk berkunjung kembali pasti ada ketika mereka mendapatkan hal-hal positif dalam berwisata.
Minat masyarakat berwisata juga dapat dipengaruhi dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam wisatawan itu sendiri. Sedangkan faktor eskternal adalah faktor yang yang berasal dari wisatawan tersebut. Faktor internal dapat berupa psikis, fisik, dan latar belakang masyarakat akan minat berwisata.Â
Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal dapat berupa tempat objek wisata tersebut misalnya tempat, fasilitas, dan daya tarik objek wisata. Jika berbicara mengenai minat masyarakat berwisata, hal menarik yang perlu disorot juga mengenai buah tangan yang menjadi ciri khas dari daerah atau objek wisata tersebut. Setiap objek wisata pasti memiliki buah tangan dan cendera mata yang dapat dibeli oleh wisatawan.Â
Sebelum berwisata, pasti yang dilakukan oleh wisatawan adalah survey lokasi dan segala pernak pernik juga ciri khas dari daerah tersebut. Wisatawan dapat survey melalui gawainya masing-masing dengan menggunakan situs google.
Layanan google memang sudah sangat canggih untuk saat ini. Selain dapat survey melalui gawainya masing-masing dengan menggunakan situs google, wisatawan juga dapat melihat ulasan-ulasan atau review dari pengunjung sebelumnya.Â
Di laman google kita dapat melihat ulasan pengunjung tentang objek wisata tersebut. Melihat kelebihan dan kekurangan objek wisata tersebut dapat menjadi salah satu faktor minat masyarakat untuk berwisata. Ulasan-ulasan tersebut dapat menjadi gambaran wisatawan yang baru ingin memulai jejak pariwisatanya. Â Yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita bisa berwisata di masa pandemi seperti ini supaya tetap aman.
Dampak Positif dan Negatif Berwisata Kala Pandemi
Objek wisata merupakan tempat yang pasti akan ramai dikunjungi oleh wisatawan. Semakin ramai pengunjung, semakin tinggi pula potensi penyebab kluster baru dalam sektor pariwisata. Hal tersebut dapat terjadi apabila wisatawan tidak mengikuti anjuran protokol kesehatan di tempat tersebut. Selain wisatawan, objek wisatanya pun dapat penjadi penyebab kluster terbaru apabila tidak dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan protokol kesehatan penunjang era new normal.Â
Seharusnya pada masa pandemi ini tempat wisata akan semakin sepi karena masih ada sebagian orang yang takut untuk bepergian ke tempat umum terutama ke tempat ojek wisata. Tetapi tidak menutup kemungkinan wisatawan akan membludak selama pandemi ini karena sudah diberlakukan aturan new normal.
Pihak pengelola dan wisatawan harus ambil bagian dalam hal ini. Wisatawan dapat mawas diri dengan menaati protokol kesehatan. Lalu, pihak pengelola juga harus bertanggung jawab atas protokol kesehatan dan fasilitas yang disediakan.Â
Di saat seperti ini, pemerintah masih menganjurkan untuk WFH atau work from home. WFH bukan hanya untuk kalangan pekerja kantor, tetapi anak-anak sekolah dan mahasiswa juga harus belajar dari jarak jauh. Tak memungkiri hal tersebut dapat membuat orang bosan berbulan-bulan hanya bekerja dan sekolah dari rumah. Makanya sebagian orang memilih untuk berwisata meskipun dalam situasi pandemi seperti ini.Â
Dampak positif berwisata kala pandemi adalah kita sebagai wisatawan dapat melepaskan penat, menikmati keindahan objek wisata, dan explore wisata tersebut. Dampak positif ini dapat membuat wisatawan bahagia. Jika seseorang tersebut sudah bahagia, pasti mereka akan lebih konsentrasi dalam bekerja.
Sudah jelas dikatakan pula di atas pihak pengelola juga harus bertanggung jawab atas protokol kesehatan dan fasilitas yang disediakan. Jika hal tersebut diabaikan, maka akan ada dampak negatif yang timbul.Â
Dampak negatif dapat merugikan banyak orang dan banyak pihak, salah satunya menjadi kluster terbaru dan semakin meningkatnya angka jumlah kasus covid-19. Selain terdampak pada sektor pariwisata, sektor ekonomi, perdagangan, dan transportasi juga menjadi imbasnya. Ketika wisatawan yang tadinya sehat tetapi tanpa disadari merekalah yang menjadi pembawa virus.
Bijaklah dalam melakukan suatu kegiatan apa pun. Sepertinya adanya rambu-rambu lalu lintas yang harus ditaati bukan untuk dilanggar, begitu pula aturan pemerintah yang harus ditaati bukan untuk dilanggar. Peraturan pemerintah terebut antara lain: kebijakan-kebijakan saat new normal, PSBB, dan protokol kesehatan di mana pun Anda berada.Â
Patuhilah segala kebijakan dan peraturan yang sudah dibuat supaya kasus covid tidak terus bertambah. Jangan melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan jika tidak ingin terkena imbasnya. Berpikirlah sebelum bertindak dan jangan sampai hal yang kita lakukan dapat merugikan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Sekecil apa pun usaha kita pasti berdampak besar bagi negara.
      Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H