Begitu testimoni Feby yang saya nukil dari room chat waktu itu. Ini kiranya yang juga turut menjadikan keseluruhan pameran mereka sebenarnya sangat terkonsep dengan utuh. Sesuai dengan apa2 yang diusung dan dinyatakan disetiap aspek Pameran ini.
Kita juga aganya dapat melacak dari mana dan apa yang melatarbelakangi persoalan dibalik narasi karya mereka. Setidaknya menjelaskan apa sih? Mereka ngapain dengan karyanya dalam Pameran kali ini. Selain dengan mengunjungi, melihat, membaca caption dan menangkap atmosfernya, kita juga dapat melengkapi dengan kepoin medsosnya.
Mari kita amati medsos mereka. Ini seperti prilaku kita kebanyakan hari ini di real life. Real life medsos. Medsos mereka juga, coba aja liat feed postingan mereka @debbyapss  @kukangkebo biar melengkapi kemauan kita untuk membaca karyanya. Tidak jauh dari itu kita akan mendapati kesimpulannya. Bahwa mereka begitu adanya mengekspresikan apa-apa menjadi sikap dan produk seninya.
Iya itulah agaknya eksistensi mereka yang diiringi oleh beragam persoalan. Yang mulanya sumpek di pikiran. Di kamar. Melalui medsosnya coba disampaikan, kemudian abstraksi pikiran itu dikonversi oleh mereka melalui sikap dan bahasa berkarya. Trayeknya kira-kira seperti itu. Kenapa mereka repot2 buat semacam itu? Dijadikan event ini?
Terlihat mulai dari pengelolaan event ini dan bagaimana 2 cewe berkarya, terdapat 3 kata kunci yakni tatakelola oleh tim, karya sebagai representasi dan human security pada karyanya.
Bahas Tatakelola
Saya kira medium kanvas 20x20 cm dan pemilihan venue tak hanya masalah kemudahan teknis dan praktis penghematan ruang. Namun di lain sisi ini adalah pilihan yang mampu menambah nilai dari apa2 yang sedang mereka bagikan kepada audiens. Pemirsa seni. Kita tau bahwa venue pameran,  ruang dan lingkungan sekitar adalah kesatuan ruang yang mampu mempengaruhi psikis, menumbuhkan interaksi, konfigurasi dan membentuk permeabilitas. Demikian masok jarene "Konfigurasi Ruang" Hiller dan Hanson dalam (Darjosanjoto 2007: 12-13), bahwa keterhubungan konfigurasi ruang, gerak dan daya tarik lingkungan. Hubungan manusia tidak hanya ditunjukkan sesuai dengan yang diekspresikan atau dikemukakan, namun bangunan juga mengorganisirnya, konfigurasi meruang, utamanya hubungan publik dan kebutuhan private berhubungan ruang dan akses kontrolnya.[i] Hal itu terlihat pada aspek kesatuan ruang fisik dan soasial pada venue pameran ini. Mari kita cermati bahwa di situ terdapat 3 area atau ruang diantaranya kopi joni, ruang pamer, dan perwarungan yang dimana ketiganya memiliki  lini kepentingan sosial yang berbeda dan mampu terjadi konfigurasi akibat kondisi ruang yang demikian. 3 area itu juga tidak menunjukan kesan batas yang senjang. Ketiga ruang itu memiliki penampilan yang sederhana, menyatu serta mengasosiasikan sebagai area warung/jualan diantara permukiman dan persawanhan (Tuangan) Iki artine acaranya ini kemungkinan besar lebih bisa terekspose. Mudah diterima. Di tambah lagi strategi komunikasi dalam publikasi pameran ini mampu menyatakan sebuah kesatuan karakter/identitas bahasa yang kuat melalui jargon "Mari Mendarat" untuk menyapa segmen publik seni dan praktik apropriasi lirik Sal Priadi "Mersra-mesraannya kecil-kecilan dulu" dalam pemilihan judul pameran.
Â
Pendekatan Representasi dan Human Scurity Versi DbvyÂ
Â