Pak Ab Abu Bakar menunjukkan beberapa kepada kami, termasuk Pa-i.
Meski sudah tertangkap Pa-i ingin kabur ke Karawang, namun saat diinterogasi ia mengaku sedang dalam perjalanan ke barak polisi lapangan untuk melihat situasi yang memungkinkan untuk bisa lari.
Pa-i dapat informasi jika Patroli akan dilakukan pada Sabtu malam dan dia mungkin bisa membantu para tahanan melarikan diri. Sebuah angan-angan yang berlebihan.
Kami bertanya kepada a.-w apakah kami boleh mengambil fotonya.
Akhirnya di izinkan, tapi kemudian dia harus mengenakan setelan yang selalu dia pakai untuk menangkap penjahat. Baju hitam, kopeah dilepas oleh asisten wedana tersebut, setidaknya di meski kurang pencahayaan, berhasil pula.
Sayangnya dia tidak bisa melepas kacamatanya karena dia tidak bisa melihat apa-apa, tapi itu tidak terlalu buruk: ada juga penjahat yang memakai kacamata. Pa-i, misalnya, memakainya saat ditangkap.
Apakah kami juga boleh memotret para tahanan. A.-w. pergi sejenak dan kembali untuk mengatakan bahwa boleh.
Kami dibawa ke sebuah gudang di sebelah kantor, di mana dua belas orang duduk bersama, serta beberapa penjaga.
Beberapa dari mereka yang hadir diikat dengan rantai: inilah enam tahanan.
Pertama ia memotret Pa-i secara terpisah, lalu seorang pria muda dengan penampilan yang tidak buruk. Ada tipe penjahat yang lebih buruk, seperti dukun misalnya, yang dengan kasar menyilangkan tangan saat difoto dan memasang wajah seperti di gambar.
Golongan Dukun.
Dukun ini, kata A.-W., bertugas khusus menunjukkan arah mana untuk mendapat sesuatu hasil yang baik. Para pelaku kriminal juga datang kepadanya untuk meminta agar bisa kebal.
Sebelum ia mengucapkan selamat tinggal, ia bertanya kepada a.-w. apakah ada yang tahu siapa yang sebenarnya harus dianggap sebagai pemimpin dari semua palaku kriminal. A.-w. tertawa misterius dan mengatakan "itu masih rahasia."
Namun beliau membenarkan apa yang kami dengar di tempat lain, yaitu: bahwa pimpinan itu pasti haji. Dia menunjukkan kepadanya daftar lain, yang berisi sekitar dua puluh nama pelaku kriminal.
Referensi : Delpher/ Beberapa Koran Era Hindia Belanda Tahun 1937.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H