Namun nyali mandor menciut saat melihat gerombolan itu, dan ia pun melarikan diri melewati sawah. Hal itu terbukti fatal karena geng yang mengejar kemudian menemukannya dan mencincangnya hingga berkeping-keping. Seandainya pria itu tetap tenang terhadap polisi militer, tidak akan terjadi apa-apa. Sekarang tentu saja polisi lapangan militerlah yang harus disalahkan atas kematiannya.
Di antara sembilan belas tahanan ada seorang pria dengan dua luka, kata komandan, "Saya tidak diperbolehkan mengatakan luka tembak. Hanya dokter yang bisa melakukan itu, tapi anda (jurnslis) mungkin akan menyebutnya demikian di surat kabar. ."
Orang ini tidak diragukan lagi adalah anggota geng yang bentrok dengan ketiga detektif tersebut.
Saat itu tiga sepeda perlu diangkut ke Lemahabang dengan bus. Komandan bertanya apakah pengemudinya berani.
Laki-laki itu sedikit kesal dan menjawab "tentu tuan."
Sepedanya dimuati, tetapi busnya tidak melaju.
Mengapa kamu tidak pergi?" tanya Letnan Daanses.
"tentu tidak, setidaknya saya minta dua pengawalan darimu, jika tidak ada aku tidak akan melakukannya," pinta pengemudi itu, dan kesimpulannya adalah dia baru mau pergi jika dikawal dua polisi militer bersenjata di sampingnya.
Jurnalis itu juga pergi, tanpa petugas polisi militer, tapi...... dengan pistol kami yang terisi.
Ia sekarang berkendara kembali melalui Cileungsi. Letnan Daansen menyarankan mereka untuk tidak melakukan perjalanan pulang melalui  Cikarang-Bekasi, jurnalis itu ikut karena ingin melakukan wawancara dengan asisten Wedana, yang menangkap salah satu pemimpin geng yang beroperasi di distriknya pada Sabtu pagi.
Disela waktu perjalanan ia sempatkan foto saat warga pulang. Dia harus mengulang memanggil beberapa kali sebelum orang bersedia dan tepat pada saat itulah dia ditangkap oleh lensa foto sang jurnalis.
Sekitar dini hari mereka sampai di rumah Abu Bakar. Beruntung asisten wedana tersebut masih bangun. Dan dia terpaksa keluar meskipun waktu masih menunjukan jam tiga.
"Saya belum tidur selama tiga malam, Tuan-tuan," katanya, "tapi masuklah."
Dia mengizinkan mereka masuk ke kantornya dan memberi tahu mereka bagaimana dirinya sudah lama mengincar Pa-i. Abu Bakar menggunakan jasa mantan mata-matanya, berinisial a.-w. Dengan perjanjian jika tidak dapat dipercaya, dia akan menembaknya.
Ia sudah sering keluar bersama anak buahnya berusaha untuk menangkapnya, namun tidak semudah itu.
Sang asisten wedana bercerita. Pada hari Sabtu Pak Abu Bakar harus bersama Letnan Daansen (untuk membincangkan kerjasama) dan saat mobil membawa istrinya ke Buitenzorg (Bogor), dia berencana mengambil sado.
Sekitar satu kilometer dari barak polisi lapangan, a.-w. seorang laki-laki paruh baya mengemudi di depannya dengan dua orang laki-laki di dalamnya, kecuali kusir.
Dia segera mengenali salah satu dari mereka sebagai buronan Pa-i. Pria ini adalah salah satu yang cocok dengan ciri-cirinya. Orang gemuk yang selalu memakai jubah dengan warna khusus, dengan garis lebar ungu-merah.
Kesulitannya sekarang adalah a.-w. mengenakan seragam dan karena itu akan segera dikenali.
Namun, ia menginstruksikan kusir sado untuk mengemudi secepat mungkin agar bisa menggantikan kemudi. A.-w. Dia bersembunyi sebisa mungkin di belakang kusir dan ketika dia berada dalam jarak satu meter dari targetnya, dia tidak menghiraukan posisi  jurnalis yang berada di dekatnya, kemudian si mata-mata itu meluncur keluar dari sado.
Hal ini menarik perhatian orang-orang yang dikejar, dan Pa-i langsung mengenalinya.
Oo
Namun, baik Pa-i maupun teman yang bersamanya, pria ini membawa senjata curian, tidak dapat berbuat banyak, karena a.-w. segera mengancam mereka dengan pistolnya. Dia meraih kerah Pa-i dan membawa dia bersama.
Saat itu beberapa orang yang lain berhasil melarikan diri, itu sangat memalukan, namun begitu yang terpenting target utama berhasil kena.
A.-w. tidak ingin mengambil risiko bahwa Pa-i, yang diketahuinya adalah salah satu pemimpin di distriknya, jika dia melarikan diri, dan pasti juga dapat membahayakan yang lain.
Polisi lapangan segera berangkat mengejar yang kabur tersebut, namun tentu saja sia-sia. Dia sudah menghilang lari ke tempat yang aman.
Sudah diketahui bahwa Pa-i sangat pasrah setelah penangkapannya. Ia tidak hanya mengakui perannya dalam bencana Cileungsi, namun ia juga menyebutkan nama empat belas anggota gengnya.
Lima dari mereka telah ditangkap pada Minggu malam; Pasti akan ada beberapa lagi dalam waktu dekat.
Pak Abu Bakar baru saja kembali dari perjalanan yang sayangnya gagal, sesaat sebelum kedatangan kami. Sayang sekali," katanya, saya tidak dapat memberi tahu Anda bahwa saya telah menangkap penjahat paling terkenal dari resor saya, bernama Akang. Saya baru saja datang terlambat. Sayangnya, hal ini sering terjadi: tuan-tuan sering mencium baunya. Namun penangkapannya masih tinggal menunggu waktu."
Jurnalis itu bertanya kepada petugas, meminta pendapatnya, bagaimana geng-geng tersebut bekerja. Mungkinkah mereka semua berada di bawah pengawasan satu geng utama?
Pak Abu Bakar tampaknya berpendapat bahwa awalnya hanya ada satu geng utama, yang masih ada, namun hasil dari aksi mereka tersebut perlahan-lahan berkembang sedemikian rupa sehingga geng-geng yang lebih kecil juga bermunculan, beberapa di antaranya mungkin bertindak secara independen.
Namun, tidak diketahui adat istiadat bahwa sebagian dari hasil jarahan harus diberikan kepada pemimpinnya, meskipun dia tidak ikut serta dalam bencana tersebut.
Misalnya, pada saat penangkapannya, Pa-i membawa tas berpernis indah, berisi sebagian hasil rampasan dari banyak perampokan (lima di antaranya dilakukan pada Jumat malam), seperti kain, anting-anting, liontin emas dengan sebuah batu keberuntungan, dll., sementara itu juga ditemukan sejumlah lima belas gulden. Ini adalah bagiannya dari hasil jarahan yang sudah terjual.
Karena para bandit tidak memiliki senjata api, mereka dilengkapi dengan golok setajam silet, yang dapat digunakan untuk mengangkut seseorang ke dunia lain dengan satu pukulan.