Tak ada yang bisa menebak akhir cerita di senja hari itu.
Lalu lalang mesin memekakkan telinga
meninggalkan bensin yang tak semurni janji di papan-papan tulisan.
Anak itu duduk termangu dan menghitung mimpi.
Mimpi lama yang bersanding bersama orang utan di lembaran rupiah.
Meski rumah pohon itu tak pernah jadi drama hidupnya.
Kelak, kalau ia pulang dan bertemu ibunya,
Bunyi-bunyi receh mungkin akan hilang.
Dan terganti dengan bertumpuk-tumpuk beras.
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H