Dausi ingin melonjak tapi ia berhenti segera karena kepalanya malah tambah pusing. Seakan-akan bunyi klakson terompet dan derit ban berada sangat dekat. Maka ia menutup mata dan coba beristirahat kembali.
"Merri, terima kasih," ujarnya setelah keheningan satu menit, memegang tangan sang istri.
Merri membalas dengan senyuman, memberinya kecupan di kening sebelum bangkit dari kursinya dan menghilang di pintu keluar. Pembesuk berikut yang masuk berdeham-deham dengan suara berat dan langkah sepatu formal yang teratur namun pelan.
"Anda mencari buku ini, Pak?" ujar tamu itu.
Dausi tersenyum karena kini berdiri di sisi pembaringannya, seorang kawan yang memang ia nantikan.
"Edwar, kau mendapatkannya. Luar biasa."
Yang disebut Edwar itu lalu menyerahkan buku tebal bersampul keras merah tua itu kepada Dausi. Buku itu lantas dirapatkan ke dada, dan pemandangan ini membuat Edwar merasa lagi-lagi berhadapan dengan seorang saintis amatir, sahabat yang gila dengan langit dan dirinya sendiri, dan bukannya seorang pasien dengan patah kaki kiri.
"Messages from The Book of Enoch. Aku mendengar kau sedang membawakan buku penting buat Rusmad, dan setelah aku tanya ke orangnya, tidak kusangka buku ini yang dimaksud. Sesama pecinta astronomi aku tak bisa membiarkan buku penting seseorang hilang begitu saja. Maka aku ke crash site, bertanya kepada beberapa orang dan alhamdulillah, bisa menemukan bukumu ini. Aku kira, secara tidak langsung Nabi Idris banyak memberimu pelajaran soal bagaimana menghindari efek buruk hantaman gravitasi di dalam ruang tertutup."
"Ya! Buku sains memang tak pernah jauh dari pembelajaran agama. Kau tahu, Edwar. Sesekali kau baca Alkitabmu juga lah."
Edwar tertawa. "Ya. Ya. Terima kasih sudah mengingatkan. Ngomong-ngomong, apa yang sedang ada di pikiranmu itu? Tidak biasanya kau mengemudi di luar kendali begitu. Kurang ajar si Rusmad kalau sampai memburu-burumu karena buku ini."
"Bukan, Edwar. Sebetulnya sejak pertemuan kita seminggu kemarin itu, aku tidak sabar untuk menemuimu lagi. Membahas masalah yang belum rampung. Kau tahu..."