Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nisa dan Si Penabuh Drum

4 Juli 2012   08:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:18 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gadis itu mendongak mencoba mendapatkan pandangan sempit di antara pundak orang-orang. Mukanya tersenyum meski dahinya mengernyit karena bau badan yang hangat di sekeliling. Saat lampu putih tersorot ke tengah panggung, barulah ia sadar benar-benar berada di tempat yang diinginkannya.

"Arya ..."

"Apa katamu?" tanya Lusi yang menemani.

"Ah, enggak."

Tersenyum.

Saat melodi pertama melantun, orang-orang bersorak. Sebagian berjingkrak. Saat memasuki bagian interlude sampai bridge, bahkan beberapa gadis sudah serak dan terbatuk-batuk. Seorang pingsan dan digotong. Tapi gadis satu itu sama sekali tak menghiraukannya. Diam begitu saja. Merapatkan jari-jari tangan sambil tersenyum. Hanya Arya yang ada di lorong pandangannya. Lengan yang bergerak-gerak itu. Kepala yang naik turun dan keringat yang terlempar dari ujung-ujung rambut. Semua gambaran tentang penabuh drum itu dilukiskan di memorinya.

"Nis. Nisa!"

"Eh? Iya?"

"Kamu memperhatikan Arya ya?"

Tak ada jawaban. Lusi mengangguk paham.

"Bukannya sudah pernah kau nyatakan perasaanmu ke dia?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun