"Kita dapat kasus baru," katanya ketika bangkit dan kembali menggapai cangkir kopi yang kini isinya dingin. Tapi Eno justru sibuk memegang sebuah pena besi yang berbentuk klasik, dan senter kecil yang ditaruh di dalam kotak busa.
"Oh, itu dari Alina." Adam menegur santai.
"Alina? Dia masih saja memperhatikanmu. Itu pertanda bagus."
Adam tersenyum bangga. "Atau, mungkin dia tidak ingin aku berbuat macam-macam?"
Eno tertawa. "Ya, mungkin saja. Ingatan terus menerus tentang pasang akan menjaga seorang pria dari hal-hal yang ditakutkan pasangannya. Meski di satu sisi ini ada efek sampingnya .... tapi yakin kamu pasti senang menerima ini, Adam."
"Efek samping apa maksudmu?"
"Kamu tahu maksudku," kata Eno sambil berkedip sebelah mata.
"Ah, sudahlah. Aku ada kasus baru, kamu boleh ikut kalau tertarik."
Eno menegakkan badan. "Tentu."
Adam tersenyum senang untuk sesaat, kemudian mukanya berubah serius. "Kalau kamu ada waktu ke luar kota, Besok pagi kita ke Surabaya."
"Surabaya? Kenapa ..."