"Haduh.... Sudah lama saya tidak belanja seperti ini, Makmun. Lupa terakhir kapan..." komentar orang tua itu sambil menyeka keringatnya dengan sapu tangan.
"Bareng Ibu Ustaz, kan?" tebak Makmun.
Pak Ilman tersenyum. Mereka lalu membelah keramaian Pasar Beringharjo. Saat ribuan orang tumpah di satu koridor lurus pasar beratap itu, tak ada cara lebih baik menikmatinya kecuali memuaskan pandangan dan perasaan mencermati semua yang ditawarkan di situ.
Siang itu, kegembiraan lain bergulir di antara mereka.
Sore harinya, tim Anjal SISAN terbaring lemas di teras rumah berlantai marmer.
Makmun datang dari arah luar, membuka sepatunya, lalu menggeleng.
"Mas Makmun, hari ini izin dulu ya ke tambak lele. Mau istirahat," pinta Irwan sambil memohon.
Teman-temannya yang lain tergolek di atas lantai itu. Plastik-plastik bungkusan baju baru mereka jadikan bantalan penyangga kepala. Odi, Zidan, Azikin, dan Ningsih tertidur pulas.
Melihat itu, Makmun tersenyum. "Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti kalian siap-siap tarawih saja."
"Tapi, apa Pak Ustaz tidak marah?" tanya Irwan.
"Tidak kok."