Redaksi.
Rini tak langsung membalas surat itu. Keesokan pagi hingga beberapa hari setelahnya ia fokus berkonsultasi dengan Kak Muchtar, salah satu mentornya di kelas ekstra sastra.
"Rini, ini bukan tentang kami merasa cocok atau tidak. Tak akan ketahuan rasanya kalau belum dicoba, kan?" Kak Muchtar memberi semangat sore Hari Minggu itu di sekretariat KOMA.
"Iya, kak. Tapi Rini belum yakin. Rini punya target sendiri, dan rasanya puisi-puisi ini belum seujung kuku memenuhi standar yang bahkan Rini sendiri menentukan. Gimana menghadapi standar BUNTARA yang terlampau tinggi?" protes Rini bimbang.
"Lha, siapa yang ngirim tu surat?" pancing Kak Muchtar.
"Redaksi BUNTARA." jawab Rini dengan nada suara khas mengiyakan.
"Trus.... menurutmu kalau redaksi sudah minta, apakah karya-karyamu masih di bawah standar mereka?"
"Itu... entahlah, kak."
"Minimal nyentuh standar, kan?"
"Iya juga sih...."
"Nah... kalau begitu berarti puisi-puisimu masuk kriteria apa tidak?"