Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pak Guru dan Tukang Nasi Goreng

2 Maret 2011   16:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Tidak tahu. Mungkin saja masih, karena ditulis di situ. Artinya mungkin saja sebelum berangkat jualan nasi goreng ia selalu pamit dan mohon doa restu Ibunya." jawabku meyakinkan.

"Ibunya sudah meninggal." Pak guru tiba-tiba berpendapat. Sontak aku kaget. "Darimana beliau tahu?" gumamku.

"Bahkan ayahnya pun sudah sakit-sakitan dan tidak bisa apa-apa." Pak guru lagi-lagi menebak, semakin membuatku terheran-heran menjelang tengah malam itu.

"Kamu tadi perhatikan tidak?" Pak guru kembali menjelaskan.

"Kulit pemuda itu putih bersih. Dandanannya lumayan rapih. Itu tandanya ia belum lama menjual nasi goreng. Kemungkinan sebelumnya ia bekerja di kota sebagai orang penting."

"Saya belum bisa menyimpulkan ibunya meninggal, sampai akhirnya kulihat sebuah Dompet kecil berwarna biru tua, dengan ritsleting kecil di atasnya. Di situ ia menaruh uang Rp 10.000,- yang kuberikan tadi. Di dalamnya ada beberapa uang kertas limaratusan yang sudah lama, usang, dan beberapa bungkusan kecil kertas. Dompet semacam itu biasanya dipakai oleh perempuan tua untuk berjualan sebagai tempat menyuimpan uang hasil keringatnya."

"Lalu ternyata setelah saya melewati gerbang dan ia pergi, ia mengambil jalur balik memutar. Saat itu saya mendapati tulisan kecil, tidak begitu nampak, tapi terbaca oleh mata saya, di palang kayu bagian dalam dekat ayam-ayamnya tergantung. Ada tulisan pensil "Semoga Ibu tenang di hadapan-Nya."

"Pemuda itu kembali dari kota, memutuskan berjualan nasi goreng setelah mengetahui Ibunya meninggal. Gerobak nasi goreng adalah pemberian ayahnya. Ibu menggunakannya untuk berjualan di rumah sebelumnya, kelihatan kaki gerobaknya baru dipotong untuk dipasangi roda, dan kilau velg dan karet rodanya juga terlalu mengkilap tidak cocok dengan permukaan kayu gerobak yang mulai menghitam. Dan merk ban jenis becak DUNHILL tidak dijumpai selain di kota besar."

"Usaha nasi goreng keluarganya pada awalnya dijalankan oleh sang ayah, kemudian karena ia jatuh sakit, sang isteri menggantikannya sambil merawatnya di rumah. Gerobak nasi goreng pun dipajang untuk berjualan di depan rumah. Namun setelah akhirnya entah sakit atau apa sang Ibu meninggal, sang anak langsung pulang dari kota. Melihat kondisi ayah yang tak memungkinkan, ia meninggalkan pekerjaannya lalu memutuskan untuk meneruskan usaha orangtuanya. Ia tak ingin menambah rasa sakit yang diderita ayahnya."

"Paling tidak itu yang ingin diberikan kepada orangtuanya?" aku menyela setelah beberapa menit hanya bisa menyimak.

"Betul. Akhirnya sang anak menggunakan ilmu yang dimilikinya, ia memilih menjemput bola dan mengubah gerobaknya menjadi dagangan keliling, dengan menu tambahan agar konsumen dan pendapatan lebih banyak. Ia merasa raganya jauh lebih kuat daripada orangtuanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun