Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pak Guru dan Tukang Nasi Goreng

2 Maret 2011   16:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Ngiiieeekkk..."

Pintu kayu di sudut pagar tembok, berderik.

Malam itu tak begitu dingin, seingatku. Udara segar memang menembus hingga paru-paru. Tak seperti malam-malam biasanya, kutinggalkan sejenak bersenandung lirih di halaman depan kost. Hanya termenung, dan termenung saja. Tak habis pikir aku mengapa orang sekaliber Pramoedya Ananta Toer masih dibayang-bayangi rasa penasarannya terhadap kemauan pemerintah yang tak pernah jelas baginya. Pikiranku berpindah membayangkan lembar demi lembar buku tentang pujangga dunia itu, kehidupannya, dan keindahan kata-kata dalam tulisan orang-orang yang menyanjungnya.

Suasana sunyi. Bunyi jangkrik bersahutan mungkin sedang berunding dengan para kodok. Dedaunan tak bergerak. Diam, lunglai, khidmat. Menyerah pada malam yang membuat seisi asrama sibuk dengan ketenangannya masing-masing. Malam itu teman-teman banyak diam. Maklum, Pertengahan November adalah waktu-waktu tempur bagi mahasiswa, bersenjatakan pulpen dan kalkulator, berseberangan dengan pengawas dan dosen killer. Waktu ujian akhir semester.

Lamunanku nyaris menyentuh langit desa Agam, Sumatera Barat saat pundakku tersentak oleh tepukan tegas dari arah belakang.

"Tidak baik melamun terlalu lama." Suara itu kukenali.

Pak Guru ternyata sedari tadi memperhatikanku melamun. Mungkin terasa aneh baginya, anak lelaki beranjak dewasa melamun sendirian di depan rumah saat malam menjelang pagi.

"Lapar ya.... Tidak adakah jajanan yang bisa dibeli malam-malam begini?" Pak Guru melancarkan serangan mautnya. Kalau sudah begitu biasanya aku langsung tahu maksud Pak Guru minta dibelikan makanan oleh anak-anak kost, yang saat itu target empuknya adalah aku.

"Wah... jarang Pak. Paling angkringan atau Burjo." jawabku sekenanya.

"Saya sudah lama kepingin makan nasi goreng ini."

"Wah kalo nasi goreng biasanya gerobak saja itu pak. Jam segini biasanya lewat. Tunggu saja." kataku menguasai keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun