Aku bisa merasakan pundak kamu masih sedikit bergetar di telapak tanganku. Aku tahu kakimu juga masih tegang dan tak beranjak dari pijakannya di bawah sana. Kepalamu masih setia fokus di depan dan belum berani menanggapiku jika aku mengajakmu berbicara.
Aku merasakan bahwa saat ini seakan-akan hanya ada kau sendirian mengendarai motor, dalam keadaan yang bebas sekaligus menguasai medan, dan kau menuju ke tujuanmu sendiri, entah akan kemana malam ini. Kau sudah bisa, Na.
Lalu...
[Plok...!] "Duh kok dijitak sih helmku?" kau bereaksi.
"Jangan di tengah jalannya!" "Ke kiri dikit!"
"Iya... iya Pak guru."
"Makanya. Kamu harus dengerin pelatihmu ini. Kalo kamu sendirian bawa motornya gimana tadi? Bisa-bisa diklakson mulu, kamu cuma bisa teriak, tapi gak bisa ngerem motornya. Bahaya kan?"
Cahaya lampu toko-toko yang berjejer di pinggir jalan bagaikan siluet-siluet pelangi yang lewat sekelbat membuatku tambah merasakan dingin dan riuh rendah malam ini. Di atas motor ini, aku merasa hanya ada aku dan kau, dan motor ini.
Lalu suasana diam sesaat....
"Ndi...."
"Ya Na?"