Melihat komentar-komentar tersebut, dapat dinilai bahwa bukannya semua orang menjadi tidak mau belanja di pasar dengan keberadaan e-commerce, melainkan pengelolaan pasar yang masih kental dengan nuansa premanisme, kemacetan, belum lagi suasana yang panas, hal-hal itulah yang membuat orang akhirnya enggan untuk belanja di pasar konvensional.Â
Mengatasi Tantangan Bersama
Pasar konvensional harus beradaptasi dengan teknologi dan tren baru, seperti e-commerce dan TikTok Shop. Ini bisa melibatkan pembukaan toko-toko online mereka sendiri atau meningkatkan layanan mereka dengan teknologi seperti pembayaran nontunai. Selain itu, pelaku bisnis tradisional bisa belajar dari model bisnis e-commerce yang efisien dalam pengelolaan persediaan, pemasaran, dan layanan pelanggan.
Kolaborasi antara berbagai pihak, seperti Pemda, kepolisian, dan pengelola pasar setempat adalah kunci untuk menciptakan pasar yang nyaman dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat. Dengan kerja sama yang baik, masalah premanisme, kemacetan, dan pengelolaan pasar dapat diatasi untuk meningkatkan kembali kenyamanan dan keamanan berbelanja masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Kuncinya adalah menjaga keberlanjutan pasar tradisional sambil tetap mengakui manfaat dan keberlanjutan ekonomi yang ditawarkan oleh e-commerce. Ini membutuhkan kerja sama, perubahan, dan inovasi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI