Tanpa mau berprasangka buruk, kami kembali ke bawah dan baru menemukan adikku menangis keluar dari kamar mandi. Ternyata ia ketakutan dengan lampu yang tiba-tiba padam. Meskipun aku ingin bertanya mengenai suara di lantai atas yang kami dengar, tetapi Papah dan Mamah menyuruhku untuk tetap diam.
Semenjak kejadian itu, esoknya Papah langsung mengajak kami pindah rumah dengan alasan pekerjaannya yang ada di luar kota. Selepas dua bulan pindah, rumah itu pun akhirnya dijual.Â
Papah hanya memberitahuku belakangan ini bahwa tanah yang ada di rumah itu setelah Papah menyelidiki lebih lanjut, setelah ia mencoba menggali seluruh tanah di halaman ternyata itu adalah tanah bekas pemakaman orang Tionghoa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H