Dan betul saja, beberapa saat menggali sekop yang digunakan seperti menabrak sesuatu yang keras namun ternyata itu bukan apa-apa melainkan seperti batu nisan berwana abu-abu yang mau tidak mau aku kubur kembali.Â
Aku rasa sudah tidak ada lagi dan hanya bisa menyerah sebab mungkin hanya kebetulan Papah menemukan itu bekas orang dahulu yang tinggal di sini.
Malam harinya ketika pukul dua pagi, aku terbangun mendengar suara kerincing yang keras dari arah halaman tepatnya di bagian bekas taman kanak. Karena kamarku ada di lantai dua dan menghadap ke arah halaman rumah jadi aku dapat melihat langsung.Â
Namun, anehnya aku melihat seperti seseorang yang mengenakan pakaian khas cina dengan kalung emas di lehernya. Atau akibat setengah sadar baru bangun, sosok itu tiba-tiba saja menghilang. Aku pun tak ambil pusing dan lanjut tidur.
Keesokan hari, saat semua sedang asik berkumpul di meja makan, lukisan yang cukup besar jatuh mengenai televisi kami. Hal itu cukup membuat kegaduhan.Â
Setelah dibereskan ada kejadian lagi yang membuat repot, itu pipa air yang bocor di wastafel membanjiri area dapur. Sehingga di hari ini Papah memanggil beberapa tukang sekalian ingin membetulkan atap belakang rumah dekat kolam renang yang terlihat sudah usang.
Sebelum magrib tiba, sekali lagi terdengar bunyi orang teriak dan Papah yang langsung menuju suara itu dikejutkan dengan tukang yang sedang membetulkan atap sudah terkapar di kolam renang.Â
Aku ikut membantu dan melihat tangga yang ia gunakan dari bambu itu patah. Akhirnya tukang itu langsung dibawa rumah sakit terdekat dan katanya ia mengalami kseleo di kakinya. Papah pun membayarkan semua perawatan sekaligus gaji tukang itu. Kemudian aku dan Papah kembali ke rumah.
Malam, kami tiba langsung bersiap untuk makan malam. Aku pun memanggil adik perempuanku yang sedang terlelap di kamarnya untuk segera turun. Tetapi tak lama malah terdengar suara adikku yang menjerit keras meminta tolong dari kamarnya sambil menangis.Â
Aku, Papah, Mamah langsung berlari. Namun lampu rumah tiba-tiba padam, sepertinya seluruh listrik mati. Sambil meraba-raba kami tetap menuju ke tempat adikku.
Setelah sampai di kamar adikku, kami malah dikejutkan saat mengetahui tidak ada siapa pun di kamar ini. Beberapa saat kemudian malah terdengar suara adikku memanggil-manggil kami lantai bawah.Â