لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Bukanlah kekayaan karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati” (H.R Bukhari Muslim)
Hidup adalah sebuah ujian dan memang kita tidak berharab munculnya peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan. Meskipun demikian kita tidak mampu mengelak terhadap suatu yang tidak kita senangi itu datang. Hal tersebut merupakan hukum alam atau yang disebut dengan takdir.
Janganlah kesengsaraan yang kita alami ini membuat kita putus asa dalam hal keduniaan sesekali kita diperbolehkan namun putus asa dalam mendapat rahmat dan pertolongan Allah sangat tidak dianjurkan. Berkenaan tentang hati yang rawan tercemar putus asa akan menimbulkan keluh kesah dan akan melahirkan perderitaan. Orang yang hidupnya selalu berkeluh kesah tidak pernah merasa puas dengan kehidupan. Mereka menyangka bahwa segala hal kebahagiaan itu tergantung materi. Padahal tidak demikian, karena kebahagiaan itu terletak pada kekayaan hati
Semua orang pasti pernah mengalami paitnya kehidupan, tapi bagaimana orang itu menanggapinya, pidi baiq pernah “mengatakan bahwa masalah itu muncul karena kau anggap masalah itu sebagai sebuah masalah kalau tidak ya tidak jadi masalah,” semakin berat kesengsaraan yang menimpa seseorang, apabila ia mendapatinya dengan sabar maka orang tersebut akan semakin tumbuh menjadi manusia yang kuat. Ibnu Qayyim mengibaratkan orang yang sabar dan kuat menerima segala masalah dan cobaan yang diberikan Allah bagaikan pohon yang tumbuh di bebatuan, walaupun sedikit sekali air yang ada namun pohon tersebut dapat hidup melalui bantuan, akar yang tumbuh merambat disela-sela bebatuan hingga berhasil mencapai tanah. Meskipun pertumbuhan pohonnya lambat tidak menuntut kemungkinan batangnya akan tumbuh menjadi batang yang besar dan kuat.
Orang cerdas ialah orang yang dapat memanfaatkan keadaan dan mau belajar dari setiap kegagalan dalam menjalani proses kehidupan. Jangan mudah menyerah terhadap situasi sulit hal itu akan membuat kita down, bangkitlah bangun ambil hikmah dari setiap masalah. Hati yang kuat terlahir dari berbagai cobaan dan tekanan hidup yang datang dikarenakan seseorang bisa bangkit dari keterpurukan itu. Tak perlu putus asa sampai keadaan yang demikian menjadikan hati sakit, mati bahkan lalai terhadap rahmat Allah. Salah satu kunci menyejukan hati dan menyerahkan pikiran ialah dzikrullah ingat kepada Allah, dalam Qur’an surah Ar Ra’du ayat 28 tertulis.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Hakikat dzikrullah menjadikan hati bening bagai embun yang lembut dipandang sejuk kita rasakan. Karena hati itu mempengarui baik buruknya jiwa dan batin kita, dalam hadist ke 4 Arbain An Nawawi Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Dan ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, jika ia baik maka akan baik pula seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka akan rusak pula seluruh tubuh, ketahilah bahwa segumpal darah itu adalah hati” (H.R Bukhari Muslim)