Contohnya yakni pemerintah Finlandia memberikan parsel pada orang tua yang beru memiliki bayi, di dalam parsel tersebut bukan hanya berisi perlengkapan bayi saja tetapi ada juga buku, karena pendidikan awal berasal dari orang tua sehingga pemerintah Finlandia memberikan parsel tersebut.Â
Selain itu di Finlandia juga ada tradisi membaca dongeng sebelum tidur, dan dongeng yang diceritakan merupakan dongeng mitologi ataupun folk (legenda), hal ini dipercaya dapat membentuk karakter anak. Lalu siaran televisi di Finlandia diberi subtitle untuk siaran asing, seperti kartun dari luar negeri, hal ini dilakukan untuk meningkatkan minat baca pada anak - anak di sana.
Pada The World’s Most Literate Nation Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah, yaitu peringkat 60 dari 61 negara. Hal ini sangat jauh berbeda dengan negara yang hampir sama angka populasinya seperti China dan Amerika serikat. Seharusnya Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak no-4 di dunia setidaknya dapat bersaing dengan negara tersebut.Â
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan lagi, karena jika minat baca rendah pendidikan pun akan sulit untuk meningkat. Jika di Finlandia anak usia dini sudah di biasakan mendengarkan cerita dan membaca, lain halnya dengan anak usia dini di Indonesia, terutama pada anak yang sering memegang smartphone.Â
Pengaruh smartphone sangat besar pada anak usia dini apalagi jika tanpa pengawasan orang tua, perkembangan motorik maupun fisik anak dapat terhambat jika anak terus menatap smartphone. Biasanya anak yang sering bermain smartphone akan cenderung tidak mau bersosialisasi dengan sesamanya dan lebih memilih untuk memainkan game ataupun menonton tayangan youtube.Â
Jika hal ini terus terusan terjadi maka anak akan mengalami kesusahan dalam bersosialisasi dan kesusahan dalam pembelajaran karena akan terus hilang fokus dan memikirkan handphonenya saja. Inilah mengapa minat baca di Indonesia masih rendah, karena anak usia dini bukannya di ajak untuk membaca buku atau mendengarkan cerita tetapi dibiarkan memainkan gawai bahkan tanpa pengawasan dari orang tua.
Untuk lebih meningkatkan minat baca di Indonesia maka pemerintah dan juga para orang tua harus bekerja sama untuk menciptakan kebiasaan baik sebagai dasar untuk meningkatkan minat baca pada anak.Â
Pertama pemerintah harus lebih memperhatikan perbukuan yang ada di Indonesia sehingga masyarakat akan lebih mudah dalam mengakses buku, walau sekarang buku bisa diakses melalui smartphone, namun untuk anak usia dini lebih baik membaca pada buku fisik karena selain mengurangi risiko mata minus buku fisik juga bisa melatih anak agar lebih fokus pada satu titik ataupun pada satu hal yang sedang ia baca (Andina, 2016).Â
Kedua, pemerintah bisa meniru cara dari Finlandia yaitu memberikan subtitle pada acara TV anak agar anak mau membaca, memang anak usia PAUD akan mulai belajar membaca di sekolah, namun dengan adanya cara seperti itu akan lebih membantu peningkatan minat baca pada anak – anak.Â
Ketiga, orang tua harus sering membacakan dongeng ataupun cerita saat anak akan tidur atau bisa juga memberikan lagu anak - anak saat mereka sedang asyik bermain, karena hal ini bisa meningkatkan kemampuan fokus anak untuk mendengarkan dan menambah  kosakata.
Selain itu orang tua juga bisa memberikan bahan bacaan pada anak, misalnya buku dongeng bergambar agar anak bisa  menalar dan juga bisa melatih fokus anak juga, sehingga perkembangan motoriknya bisa terbantu.Â