Riuh tawa yang beradu dengan hentakan musik di Bar ini seketika terasa hening ketika aku melihatnya. Iya, dia yang sedang duduk sendiri dengan tatapan kosong. Awalnya, aku menampik dan mencoba untuk yakin bahwa perempuan yang aku lihat hanyalah sosok yang kebetulan mirip dengan Riri. Namun, ketika Dion menghampiriku dan bilang bahwa itu adalah Riri, aku pun terkejut.
Aku benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa Riri ada di tempat ini dan sendiri?
Seingatku, dia tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di tempat seperti ini, apalagi hingga larut malam dan menjelang pagi. Pasti ada yang tidak beres, aku yakin itu.
**
"Ri?" sapaku yang mengagetkannya.
"Julian? Kok di sini?" tanyanya yang terkejut.
"Iya. Bukannya udah hal yang biasa ya kalau aku ada di tempat ini? Kayaknya, sewaktu kita masih pacaran juga kau udah tahu betul soal itu," jawabku.
Riri hanya tersenyum kecut, lalu mengambil gelasnya yang berisi beer.
"Sejak kapan kau minum?" tanyaku kian kaget.
Riri tak menjawab. Dia memalingkan muka dan kini menunduk.