Mohon tunggu...
AFRIAN RAMADHAN
AFRIAN RAMADHAN Mohon Tunggu... Lainnya - BUMD

TERGANTUNG ORANG MENILAI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pola Tanam Sri Bisa Meningkatkan Produktivitas Padi di Kabupaten Dompu

19 Juni 2021   17:37 Diperbarui: 19 Juni 2021   18:13 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persiapan pembibitan menggunakan metode dan sarana yang tersedia. Benih direndam dalam air selama 24 jam dan diinkubasi (peram) dalam lap (kain) selama 24 jam sebelum disemai di persemaian kering (dapog), pembibitan seperti taman ini membantu biji berkecambah lebih cepat. Menabur benih dapat dilakukan dengan berbaris atau acak.

Bibit padi dengan 2-3 daun, siap ditanam. Cabut bibit dengan hati-hati beserta tanah / medianya dengan menggunakan sekop untuk menghindari trauma pada akar. Gunakan benda datar untuk membawa bibit ke lahan. Hindari kerusakan pada bibit yang masih lunak (lemah) dan akarnya saat mengangkut dan jangan dibiarkan kering.

Tanam bibit muda (tanaman dengan 2 daun memiliki potensi untuk mencapai 84 anakan) dan tunggal, lakukan ini dengan hati-hati dengan kedalaman dangkal (2-3 cm) dengan posisi sedikit miring tanpa menghilangkan partikel tanah yang menempel pada akar bibit ke dalam lahan yang berair dan datar tetapi tidak banjir (macak macak) (Gambar 5). 

Gunakan jarak di atas 25 x 25 cm antara bibit dengan menggunakan tali yang telah ditandai untuk mendapatkan jarak yang seragam. Ini bukan hanya akan menghemat jumlah benih yang dibutuhkan, tetapi juga mengurangi kompetisi untuk nutrisi, air dan sinar matahari. Ini akan memberikan banyak ruang untuk menyebar, menghasilkan banyak anakan dan penyiangan juga akan lebih mudah.

Setelah penanaman, biarkan lahan tetap dalam keadaan macak macak setidaknya selama 12-14 hari. Kondisi ini memungkinkan bibit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru mereka. Setelah itu, lakukan pengairan dengan pembasahan dan pengeringan secara bergantian (pengairan berselang) sampai tahap berbunga (lebih rinci di Langkah 5). Penampakan keragaan tanaman dilahan dengan metode SRI biasanya tampak mengerikan (memprihatinkan, karena tanam tunggal) sekitar satu bulan atau lebih. Tetapi setelah itu akan berhasil.

Di lahan sawah yang tergenang, akar tanaman mati karena kekurangan oksigen. Jadi SRI merekomendasikan serangkaian siklus pembasahan dan pengeringan sampai akhir tahap vegetatif. Ini dapat dilakukan dengan menggenangi lahan selama 3-6 hari, dan kemudian membiarkannya kering untuk jumlah hari yang sama, atau kurang tergantung pada kondisi cuaca, sampai permukaan tanah terlihat retak (kecuali tanah lempung, yang perlu dijaga setidaknya lembab). 

Proses membasahi dan mengeringkan ini memungkinkan akar tanaman tumbuh dengan baik dengan mengakses air dan udara yang memadai. Ini akan menghemat air dibandingkan dengan metode konvensional dan menghasilkan pertumbuhan tanaman dan akar yang lebih baik. Di tahap reproduksi, setelah berbunga, air harus dijaga dengan ketinggian sekitar 3-5 cm sampai 2 minggu sebelum panen, meskipun untuk pertumbuhan akar yang lebih baik, pengairan berselang dapat dilanjutkan.

Lakukan penyiangan pertama pada umur 12-14 hari setelah dengan menggunakan rotary weeder ataupun landak jika memungkinkan. Alat ini tidak hanya mengaerasi tanah tetapi juga mengendalikan gulma dengan mengubahnya menjadi tanah. Penyiangan selanjutnya harus dilakukan pada interval sekitar 2 minggu, sampai kanopi menutup.

SRI merekomendasikan penggunaan pupuk organik atau kompos yang terbuat dari biomassa terdekomposisi (jerami, dll.). Aplikasi pupuk organik tidak hanya memperbaiki struktur tanah tetapi juga meningkatkan jumlah dan keragaman organisme tanah yang berguna di lahan. Metode ini untuk memperbaiki kesuburan tanah dalam mendukung pertanian organik, memperbaiki kesehatan tanah, memperhatikan masalah kualitas lingkungan, dan mengurangi biaya budidaya.

Sistem perakaran yang lebih luas, tanaman yang lebih besar dan lebih sehat, anakan yang banyak dari satu bibit, dan akhirnya menjadi kompensasi hasil panen untuk petani SRI. Terlepas dari manfaat ini, aspek positif lainnya dari SRI adalah: tenaga mesin penggilingan lebih tinggi (sekitar 15%), gabah yang lebih berkualitas, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, lebih toleran terhadap kekeringan, dan mengurangi waktu pemasakan gabah (padi) 1-2 minggu.

Penerapan pola tanam SRI ini merupakan teknik / inovasi baru dibidang pertanian yang dapat meningkatkan produktifitas padi, akan tetapi pola SRI ini tidak serta merta diterapkan oleh semua petani yang ada di Kabupaten dompu karena sebagian besar petani masih menggunakan pola tanam konvensional atau pola tanam turun temurun sehingga produktifitas padi yang dihasilkan berkisar antara 4- 5 ton per hektar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun