Mohon tunggu...
AFRIAN RAMADHAN
AFRIAN RAMADHAN Mohon Tunggu... Lainnya - BUMD

TERGANTUNG ORANG MENILAI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pola Tanam Sri Bisa Meningkatkan Produktivitas Padi di Kabupaten Dompu

19 Juni 2021   17:37 Diperbarui: 19 Juni 2021   18:13 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Ditulis oleh : Afrian Ramadhan,SP

Nim     : 20.02.071.093

Kelas C Program Studi Manajemen Inovasi Universitas Teknologi Sumbawa

Latar Belakang 

Pembangunan ekonomi daerah dapat mensejahterakan masyarakat dengan pengembangan potensi dan mengatasi masalah yang ada di daerah tersebut sehingga adanya nilai tambah yang diperoleh yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu penunjang pembangunan ekonomi kearah positif adalah disektor pertanian, dimana sektor pertanian berperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi dimana hasil dari pertanian dapat meningkatkan pendapatan daerah yang dapat meningkatkan dan mensejahterakan masyarat. Potensi yang ada di Kabupaten Dompu khususnya disektor pertanian tanaman pangan memegang kontribusi tertinggi pembentuk PDRB dimana hasil produksi pertanian setiap tahunnya meningkat. 

Namun potensi tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para petani yang ada di Kabupaten Dompu karena hasil produksi pertanian tanaman pangan yang dijual masih dalam bentuk bahan baku atau mentah sehingga tidak dapat meningkatkan nilai tambah yang didapat. komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Dompu adalah komoditas padi di Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja.

Pembangunan sektor pertanian di kabupaten Dompu diarahkan memantapkan swasembada pangan, memperluas penganekaragam produksi, meningkatkan ekspor dan mendorong perluasan kesempatan kerja dalam memacu pembangunan daerah. Luas lahan pertanian di Kabupaten Dompu yaitu sekitar 152.875 hektar dengan luas panen terbesar yaitu pada tanaman pangan sekitar 93.578 hektar atau sekitar 61,21 persen dari luas lahan pertanian (data dompu dalam angka tahun 2018). 

Peluang pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Dompu sangatlah besar yang dapat dilihat dari potensi lahan (sawah irigasi dan lahan kering), iklim, jenis tanah dan topografi yang sesuai sehingga peningkatan luas panen dan produksi di Kabupaten Dompu dalam kurun empat tahun terakhir yaitu tahun 2015 sampai dengan 2019 mengalami lonjakan. 

Rata – rata produktifitas padi dikabupaten dompu antara 8-10 ton per hektar. Produktifitas yang meningkat ini tidak terlepas dari pola tanam baru yang diterapkan petani di kabupaten dompu yaitu pola tanam SRI (System Of Rice Intensification). Pola tanam padi ini merupakan pola tanam yang menerapkan teknik dan inovasi baru dibidang pertanian. Pola SRI ini mulai diterapkan di Kabupaten Dompu pada tahun 2009 sampai dengan sekarang.

Pembahasan

Tanaman padi (Oryza sativa L) merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubtitusi oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan dengan bahan makanan yang lain

Usaha tani padi dengan sistem SRI (System of Rice Intensification) merupakan usahatani yang dapat menghemat penggunaan input seperti benih, penggunaan air, pupuk kimia dan pestisida kimia melalui pemberdayaan petani dan kearifan lokal. terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%

Sistem Intensifikasi Padi (SRI) adalah metode baru dan menjanjikan dengan penghematan sumber daya untuk pertumbuhan padi irigasi ataupun tadah hujan. Studi di sejumlah negara telah menunjukkan peningkatan hasil panen yang signifikan, dengan substansial penghematan biji (80-90%), air (25-50%), dan biaya (10-20%) dibandingkan dengan metode konvensional. SRI bukan sebuah teknologi, tetapi seperangkat ide dan prinsip sederhana yang membantu menghasilkan tanaman yang lebih produktif dan kuat. Ide-ide tersebut adalah: Tanam bibit yang sangat muda, dengan persemaian yang tidak tergenang (kering /dapog), Penanaman dengan hati-hati dan dangkal, Tanam dengan bibit tunggal dan jarak tanam yang lebih luas dari sekarang, Menerapkan pengairan minimum tidak ada penggenangan air secara terus menerus, Pengendalian gulma dengan aerasi tanah aktif dan Mengandalkan sebanyak mungkin materi organik untuk pemupukan tanah

Terdapat beberapa daerah di Indonesia terutama pada propinsi Nusa Tenggara Barat yang telah menerapkan sistem usahatani SRI. Khususnya di daerah Kabupaten Dompu NTB tepatnya di Desa Bakajaya Kecamatan Woja. 

Prinsip-prinsip dasar penerapan pola SRI ini adalah dari aspek kesehatan Tanah. Menjaga kestabilan dan kesehatan tanah baik itu menjaga sifat-sifat tanah dan produktivitas dari tanah itu sendiri dapat dilakukan dengan menambahkan bahan organik, Bahan organik ini dapat berupa sampah dari sisa-sisa tanaman, limbah dapur, kotoran hewan, hijauan, kompos, limbah organik dan bahan lainnya yang bisa terdekomposisi. 

Bahan-bahan organik dapat dibuat sendiri oleh petani dengan cara mengumpulkan bahan organik tersebut, dikarenakan jumlah yang dibutuhkan banyak maka petani dapat mengumpulkannya dengan cara sedikit demi sedikit atau di cicil agar masalah persedian bahan organik dapat dipecahkan, selain membuat lingkungan menjadi bersih, ketergantungan terhadap pihak luar dapat dikurangi. 

Fungsi dan peranan bahan organik selain memperbaiki sifat fisik tanah yaitu mampu mengikat air, mempertahankan air di dalam tanah, memperlancar aerasi tanah, memudahkan air meresap dari permukaan tanah, tanah dapat menyerap mineral yang ada di dalam tanah serta mendukung kehidupan mikro dan makro organisme di dalam tanah, dengan adanya bahan organik maka aliran energi atau siklus nutrisi lebih lancar sehingga nutrisi bagi tanaman akan selalu tersedia. 

Bahan organik tersebut diberikan pada pengolahan tanah dan dikondisikan aliran air, maka biarkan tanah dalam kondisi lembab (tidak tergenang) selama 7-10 hari sambil menunggu persemaian siap ditanam.

Selain aspek kesehatan tanah aspek pemilihan benih juga menjadi prinsip dasar pola tanam ini. Benih yang digunakan untuk penanaman padi dengan sistem SRI dapat menggunakan benih jenis dan varietas apa pun. Di Kabupaten Dompu Mayoritas Petani padi menggunakan varietas padi ciherang yang merupakan benih padi unggul dan bersertifikat yang sudah terjamin mutu dan kualitasnya karena telah melalui serangkaian proses pemeriksaan dan pengujian dari pihak terkait yang berwenang.

Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah Hemat air (tidak digenang), Kebutuhan air hanya 20-30 persen dari kebutuhan air untuk cara konvensional, memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah, Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri.

Tidak tergantung pada pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka, membuka lapangan kerja di pedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani, menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia dan mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang

Secara umum alur pola tanam SRI ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Persiapan pembibitan menggunakan metode dan sarana yang tersedia. Benih direndam dalam air selama 24 jam dan diinkubasi (peram) dalam lap (kain) selama 24 jam sebelum disemai di persemaian kering (dapog), pembibitan seperti taman ini membantu biji berkecambah lebih cepat. Menabur benih dapat dilakukan dengan berbaris atau acak.

Bibit padi dengan 2-3 daun, siap ditanam. Cabut bibit dengan hati-hati beserta tanah / medianya dengan menggunakan sekop untuk menghindari trauma pada akar. Gunakan benda datar untuk membawa bibit ke lahan. Hindari kerusakan pada bibit yang masih lunak (lemah) dan akarnya saat mengangkut dan jangan dibiarkan kering.

Tanam bibit muda (tanaman dengan 2 daun memiliki potensi untuk mencapai 84 anakan) dan tunggal, lakukan ini dengan hati-hati dengan kedalaman dangkal (2-3 cm) dengan posisi sedikit miring tanpa menghilangkan partikel tanah yang menempel pada akar bibit ke dalam lahan yang berair dan datar tetapi tidak banjir (macak macak) (Gambar 5). 

Gunakan jarak di atas 25 x 25 cm antara bibit dengan menggunakan tali yang telah ditandai untuk mendapatkan jarak yang seragam. Ini bukan hanya akan menghemat jumlah benih yang dibutuhkan, tetapi juga mengurangi kompetisi untuk nutrisi, air dan sinar matahari. Ini akan memberikan banyak ruang untuk menyebar, menghasilkan banyak anakan dan penyiangan juga akan lebih mudah.

Setelah penanaman, biarkan lahan tetap dalam keadaan macak macak setidaknya selama 12-14 hari. Kondisi ini memungkinkan bibit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru mereka. Setelah itu, lakukan pengairan dengan pembasahan dan pengeringan secara bergantian (pengairan berselang) sampai tahap berbunga (lebih rinci di Langkah 5). Penampakan keragaan tanaman dilahan dengan metode SRI biasanya tampak mengerikan (memprihatinkan, karena tanam tunggal) sekitar satu bulan atau lebih. Tetapi setelah itu akan berhasil.

Di lahan sawah yang tergenang, akar tanaman mati karena kekurangan oksigen. Jadi SRI merekomendasikan serangkaian siklus pembasahan dan pengeringan sampai akhir tahap vegetatif. Ini dapat dilakukan dengan menggenangi lahan selama 3-6 hari, dan kemudian membiarkannya kering untuk jumlah hari yang sama, atau kurang tergantung pada kondisi cuaca, sampai permukaan tanah terlihat retak (kecuali tanah lempung, yang perlu dijaga setidaknya lembab). 

Proses membasahi dan mengeringkan ini memungkinkan akar tanaman tumbuh dengan baik dengan mengakses air dan udara yang memadai. Ini akan menghemat air dibandingkan dengan metode konvensional dan menghasilkan pertumbuhan tanaman dan akar yang lebih baik. Di tahap reproduksi, setelah berbunga, air harus dijaga dengan ketinggian sekitar 3-5 cm sampai 2 minggu sebelum panen, meskipun untuk pertumbuhan akar yang lebih baik, pengairan berselang dapat dilanjutkan.

Lakukan penyiangan pertama pada umur 12-14 hari setelah dengan menggunakan rotary weeder ataupun landak jika memungkinkan. Alat ini tidak hanya mengaerasi tanah tetapi juga mengendalikan gulma dengan mengubahnya menjadi tanah. Penyiangan selanjutnya harus dilakukan pada interval sekitar 2 minggu, sampai kanopi menutup.

SRI merekomendasikan penggunaan pupuk organik atau kompos yang terbuat dari biomassa terdekomposisi (jerami, dll.). Aplikasi pupuk organik tidak hanya memperbaiki struktur tanah tetapi juga meningkatkan jumlah dan keragaman organisme tanah yang berguna di lahan. Metode ini untuk memperbaiki kesuburan tanah dalam mendukung pertanian organik, memperbaiki kesehatan tanah, memperhatikan masalah kualitas lingkungan, dan mengurangi biaya budidaya.

Sistem perakaran yang lebih luas, tanaman yang lebih besar dan lebih sehat, anakan yang banyak dari satu bibit, dan akhirnya menjadi kompensasi hasil panen untuk petani SRI. Terlepas dari manfaat ini, aspek positif lainnya dari SRI adalah: tenaga mesin penggilingan lebih tinggi (sekitar 15%), gabah yang lebih berkualitas, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, lebih toleran terhadap kekeringan, dan mengurangi waktu pemasakan gabah (padi) 1-2 minggu.

Penerapan pola tanam SRI ini merupakan teknik / inovasi baru dibidang pertanian yang dapat meningkatkan produktifitas padi, akan tetapi pola SRI ini tidak serta merta diterapkan oleh semua petani yang ada di Kabupaten dompu karena sebagian besar petani masih menggunakan pola tanam konvensional atau pola tanam turun temurun sehingga produktifitas padi yang dihasilkan berkisar antara 4- 5 ton per hektar. 

Pola pikir petani masih belum berubah terhadap inovasi pada pola tanam ini. Sebagian mereka juga berpikir dua kali untuk mencoba dan menerapkan pola SRI ini. Hal ini terjadi karena sebagian dari para petani beranggapan bahwa dengan mencoba pola baru kemungkinan akan gagal dan hasil padi menurun dibanding menggunakan pola konvensional.

Kesimpulan

Tidak ada yang ajaib tentang SRI; meskipun demikian, ia menghasilkan "Lebih Banyak Keluaran (Produksi) dengan Lebih Sedikit Masukan (Sarana Produksi)." Oleh karena itu, SRI ini adalah metode/teknik produksi padi dengan penghematan sumber daya yang baik untuk petani, konsumen, dan lingkungan.

Saran

Fenomena yang terjadi ini merupakan suatu tantangan kedepan penerapan secara meluas untuk pola tanam SRI ini, dan pola SRI ini diharapkan dapat diterapkan juga di kabupaten-kabupaten lain yang ada di Nusa Tenggara Barat. Penerapan disini maksudnya secara merata disetiap Kabupaten yang ada di NTB. Peran penyuluh pertanian disini sangat penting untuk melakukan penyuluhan yang kontinyu terhadap pola SRI ini yang difasilitasi oleh dinas terkait. Dukungan dari masyrakat dan pemerintah juga disini sangat perlu dalam keberhasilan penerapan pola SRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun