Sun belani, sun depani, sun labuhi
(Akan kubela, kuhadang, (dan) kulabuhi)
Â
Â
Kami bukan tak pernah mendengar lagu ini. Berulang-ulang "Umbul-Umbul Belambangan" di putar diberbagai acara. Akan tetapi, kami merasa biasa. Tetapi, malam itu ketika anak-anak Kandangan yang notabene terpencil dan jauh dari mana-mana yang mengumandangkannya, suasana jadi berbeda. Tanpa sadar kamu larut dalam haru dan semangat yang dibangun oleh lagu ini. Merasa bangga bisa lahir dan besar di Banyuwangi, tanah indah yang terhampar di taman sari nusantara.
Ketika kami dengar suara-suara celetukan dari belakang yang berbunyi "Pak, anakmu tampil. Sini!" dengan nada bangga, kami pun demikian. Sedemikian bangga sampai kami hanya bisa bertepuk tangan dan menitikkan air mata haru menyaksikan calon-calon pemimpin masa depan ini di atas panggung seni.Â
Pentas malam itu mungkin tak sepadan jika dibandingkan dengan konser penyanyi kenamaan dunia, tapi bagi kami persembahan dari pelosok Kandangan tersebut sangat berharga. Tak ubahnya berlian di kotak harta.
Hari Perpisahan, Hari Kami Melihat Hujan Di Mata Anak-Anak
Dari balik tampilan yang sangar, air mata berjatuhan. Tak mau terlihat orang ia memilih menjauh di sudut pagar, dekat kamar mandi sekolah. Matanya terlihat memerah meski ia mencoba menyembunyikannya.