Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Cerpen | Ta'aruf Cinta Penuh Berkah

13 Desember 2016   11:08 Diperbarui: 13 Desember 2016   11:13 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lembaran Si Aktifis @marine_hiday

“Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali” (QS. An Nisa’ (4):1)

Ketika sang fajar tenggelam bersamaan dengan suara lantunan adzan yang dikumandangkan temanku Hanif asal Kebumen, Jawa Tengah. Suaranya sangat merdu dan enakuntuk di dengan temanku yang satu ini sering di undang untuk mengisi acara Islami, kebetulan dia vokalis dari salah satu grub hadroh di Yogyakarta, tak heran ketika adzan suaranya begitu indah menggetarkan hati, dan ingin rasanya segera beranjak dari kamar untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah. Tak begitu sulit untuk saya melaksanakan sholat jamaah karena memang sudah saya niatkan ketika berangkat ke Yogyajarta untuk tinggal di masjid (baca : Takmir) dan melanjutkan studi saya S1 di UIN Sunan Kalijaga.

Kami di masjid ini ada empat orang, semua mempunyai niatan yang sama dalam mengabdikan diri untuk masjid dan berasal dari daerah yang berbeda-beda. Hendi dia berasal dari Bekasi pemikirannya begitu tajam dalam mengkritisi sebuah masalah sosial di masyarakat karena memang jurusan yang di ambil adalah Sosiologi Agama. Yang kedua Mas Amin ketua takmir masjid yang memilidi disiplin yang sangat tinggi, selanjutnya ada Hanif yang memiliki suara merdu, yang terakhir saya Fahmi orang biasa-biasa saja berasal dari salah satu desa di luar pulau jawa.

Seusai solat berjamaah, kami biasa leyeh-leyehsambil guyonan di dalam kamar dan sudah menjadi sebuah rutinitas harian kami dalam menghilangkan penat

“Sini gabung ngobrol, engga kayak biasanya kamu Mi... sedang apa kamu?”.Tanya Hendi yang melihat saya sedang menulis sesuatu

“Ada tugas mungkin dia”.Jawab lirih Hanif.

“Yaaa... Cuma iseng nulis aja mas”.Sahutku sambil kembali menulis.

(Tiiiiit.... Tiiiiiit... Tiiiiiit...)bel pertanda isya berbunyi

“Jatah kamu Mi yang adzan Isya’..”.Kata Mas Amin memerintah saya untuk adzan isya.

Malam semakin larut semua kegiatan sudah selesai termasuk kegiatan kajian rutinan Al Quran dan tugas kampus pun sudah saya kerjakan, kemudian saya keluar untuk mencari sayur matang di warung makan yang tak jauh dari masjid, biasanya saya membeli sayur kesukaan saya yang ada di sana yaitu sayur ati, sayur yang sering di masak ibu saya di rumah terkadang mengingatkan saya dengan ibu saya.

***

Pagi pukul 06.00 aku mulai mempersiapkan diri untuk berangkat kuliah, sarapan pagi yang sudah siap masakan dari tetangga masjid yang sangat baik mau berbagi sedikit sayur kepada kami, rasa syukur selalu kamu panjatkan karena sebuah kenikmatan Allah yang di berikan selalu “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”QS Arahman terdapat 31 ayat yang di ulang-ulang yang menunjukkan sebuah kenikmatan yang Allah berikan jangan kita dustakan. Saya berangkat kuliah sekitar pukul 07.00, dimana pada saat kuliah lah rasa semangat ini muncul, semangat yang benar-benar tulus disertai motivasi yang besar . Selain karena orang tua di rumah yang membuat saya semangat yaitu kehadiran sosok wanita yang kini hadir nyata menjawab doaku.

Seusai mata kuliah saya seperti biasa ngobrol dengan teman-teman saya, bertukar pikiran.kami berkumpul di depan kantin Fakultas, di tempat inilah biasanya mahasiswa/i berkumpul, ada yang berdiskusi serius ada pula yang bercanda dengan mengobrol. Pada saat yang tak terduga aku bertemu dia di kantin fakultas, ia sedang duduk bersama empat temannya penuh canda, sepertinya obrolan ringan dan seru yang membuaat suasana dalam kelompok itu seperti hidup. Tak kuasa saya memandang senyum yang manis yang terpancar dari wajah maninya, seakan membuat mata ini tak mampu untuk menatap dan hanya mampu menaruh harapan ini kepada Allah.Kami sudah saling kenal dan terkadang kami saling menyapa, tapi dia tidak tahu jika saya mengaguminya, bahkan sudah menyukainya.

“Woy Mi.. ngelamun aja dari tadi, ngelihatin siapa kamu serius amat ngelihatnya?”.Kata Ali salah satu temanku dari pesantren sudah hampir 5 tahun kita bersama bahkan dia sudah sangat paham karakterku, sampai gerak-gerikku kalu suka sama perempuan pun Ali sangat paham sampai aku tidak bisa berbohong kalau dengan Ali.

“ Biasa aja Li.. engga ngelihat siapa kok!!”.Jawabku spontan dan kaget.

“Halaaaaah.. dari tadi kamu ngelihatin itu yang pake kerudung coklat”.Sahut Yuda sambil menunjuk ke arah wanita kerudung coklat yang sedang bercanda dengan temannya.

“Ssssstttt, jangan tunjuk-tunjuk Yud, engga baik.. Iya deh aku ngaku dari tadi aku ngelihatin dia, manis banget ya orangnya”

“Kamu serius suka sama dia?”.Kata Ali

“sepertiya aku ada rasa suka Li sama dia, tapi apalah aku hanya orang biasa yang masih berproses ini”

“Widiiih.... Bahasamu Mi, sok bijak... hahaha”.Jawab Ali yang tertawa dan agak sedikit mengejek.

Saya pun terdiam, Ali dan Yuda menatapku begitu tajam

“Gini Mi.. coba kamu istikharoh dulu kalau memang dia jodohmu inyaallah pasti bakal sampai akkhir kalian bisa bersama tapi kalau dalam solat itu tidak ada jawaban atau kemantepan hati kamu, lebih baik kamu tinggalkan. Soalnya aku dapat kabar dari temannya katanya dia itu sudah dilamar sama orang lain di kampung halamannya sana, jadi lebih baik kamu serahkan urusan ini sama Allah”.

“serus Mi dia sudah di lamar orang?, jangan mengada-ngada kamu!!”.Aku menyela omongan Ali dan spontan kaget setengah tidak percaya. Sambil melihat ke arah wanita itu, dia pun sudah berkemas dan akan pergi.

“ Kita bertemaan sudah sangat lama Mi, sejak di pesantren aku sudah paham karaktermu, jadi kali ini jangan sampai salah langkah dan salah pilihan ya Mi, kita sudah dewasa dan kita jangan main-main lagi dalam urusan ini, kalau kamu benar-benar suka sama dia doakan dia agar jadi wanita yang lebih baik lagi, coba kamu kirim surat ke dia nanti aku kasih”

“Aku sudah sholat istikaroh dan juga sudah buat suratnya Li, kemaren malam ba’da magrib, besok aku kasih ke kamu ya titip untuk dia”

Ali memang sahabat terbaikku dia selalu memberi nasehat kalau aku sedikit saja berbuat salah. Sahabat terbaik itu memang selalu ada apapun keadaan kita dan juga tidak memandang kita kaya atau miskin. Ali sudah banyak merubah hidupku jadi lebih baik lagi.

***

Keesokan harinya saya memberikan selembar surat yang sudah aku buat, Ali pun menerimanya dengan senang, akhirnya saya bisa mengeluarkan semua isi hati ini lewat selembar kertas yang sudah mewakili semua isi hati yang saya sampaikan.

“Assalamualaikum, ini ada titipan surat dari Fahmi di baca ya”.Kata Ali sambil menyodorkan surat kepada wanita itu.

“Waalaikumsalam, surat untuk saya?, oh iya terimakasih”.Jawab wanita itu sambil tersenyum manis.

Tanpa ada keraguan ia langsung membuka surat dan membacanya

Untuk : Anisa

Assalamualaikum Wr.Wb

Aku mengenal kamu adalah sosok wanita yang cerdas, sosok dimana akan banyak orang yang mungkin juga menganggap sama akan hal itu. aku mengagumimu dalam caramu berpakaian, aku mengagumimu dalam caramu menutup aurat, sebenarnya aku bingung mau mengungkapkan apa, tapi di sini aku ingin mempertanyakan keyakinanku untuk memiliki hubunngan yang serius dengan seorang wanita, selama ini aku terbuai akan keindahan dunia. Aku meyakini kamu adalah jawaban dari semua doaku selama ini.

Dalam gelap dan dinginnya malam aku panjatkan doaku kepada sang Illahi agar mimpi bisa menjawab atau sebuah keyakinan hati bisa menjawab. Jawaban itu adalah Berta’aruf di jalan Allah itu yg aku inginkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Dari : Fahmi al-Ghazali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun