Mohon tunggu...
Afif Ikhwanul Muslimin
Afif Ikhwanul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Pendidikan Bahasa Inggris UIN Mataram

Minat dalam ELT, Linguistics, Literature, English skills, ESP, EYL, pembelajaran TOEFL dan IELTS, serta pembelajaran berbasis technology.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid-19 Tak Ciutkan Pemudik

19 Mei 2020   08:54 Diperbarui: 19 Mei 2020   08:46 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Lalu Lalang Pemudik, oleh ayobandung.com

Sedangkan pulang kampong berarti "kembali ke kampung halaman; mudik: dia -- kampung setelah tidak lagi bekerja di kota". Ketika dihubungkan dengan bahasa Jawa, menurut orang jawa seperti yang disebutkan dalam Radarkudus dan Surabaya GN27.com, mudik berarti "Mulih dilik" atau "Mulih Disik" yang berarti pulang sebentar. Jika dilihat dari morfologi bahasa betawi, menurut Somantri (2001) kata "mudik" berasal dari kata "Udik" yang bermakna kampung. 

Melihat dari beberapa definisi mudik dan pulang kampung diatas, biasa diketahui ternyata meski mirip keduanya memiliki nilai distinction dalam semantiknya. 

Profesor Katubi, Ahli bahasa dan Budaya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyampaikan bahwa bahasa-bahasa di dunia ini tidak ada yang memiliki dua kata dengan sinonim mutlak. 

Jadi, bilamana merujuk pada aspek keseimbangan sosial dimana akan berdampak buruk bilamana di tengah pandemic covid-19 masyarakat Indonesia yang telah menjadi korban PHK diijinkan pulang kampung tetapi tetap mengikuti protocol kesehatan sesuai anjuran pemerintah, dan melarang mudik bagi selain mereka. 

Meskipun pada kenyataanya, entah apa yang sudah merasuki masyarakat Indonesia, berbagai daya upaya tetap dilakukan bahkan hingga berniat mengelabuhi pihak berwajib yang menyekat perbatasan antar kota dan provinsi, hanya untuk tetap mudik dan berkumpul dengan keluarga di hari raya Idul Fitri.

Mudik sebagai Basic Need Masyarakat Indonesia

Banyak sekali alasan masyarakat Indonesia tetap ngeyel untuk bermudik ria ke kampung halaman. Hal ini biasa disebabkan karena ada beberapa aspek yang melatar belakangi dan semakin mengeraskan niat mereka melakukanya. Aspek pertama yang melatarbelakangi adalah aspek spiritual. 

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam, dan ada bulan suci lain bagi umat beragama lainya yang harus diisi dengan ibadah khusyuk untuk mendapatkan ridho Ilahi Rabbi. 

Namun bagi banyak orang, bulan suci tersebut tidak akan sempurna jika tidak diakhiri dengan saling bersalaman dan bermaaf-maafan secara langsung dengan sanak saudara dan handai taulan. 

Ditambah lagi, bagi banyak orang, Idul Fitri atau hari besar umat beragama lain adalah saat wajib mendoakan leluhur yang sudah wafat dengan berziarah ke makam di kampung halaman. Ada yang berkata, jika tidak bersalam-salaman dan berziarah, maka Idul Fitri tidak sempurna.

Aspek kultural menjadi aspek kedua yang mendorong masyarakat Indonesia untuk mudik. Ada peribahasa Jawa "mangan ga mangan sing penting kumpul" yang artinya makan ataupun tidak, sebagai keluarga tetap wajib kumpul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun