Mohon tunggu...
Afif Fajriansyah
Afif Fajriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

fotography

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sosial Media Sebagai Media Kampanye Partai Politik

3 Januari 2024   00:33 Diperbarui: 3 Januari 2024   01:07 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian Lim (2015) menemukan bahwa jutaan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, mengakses internet dan menggunakan media sosial secara kolektif, menjadikan negara ini  besar dengan adanya Facebook dan Twitter. Studi Tapsell & Jurriens (2017) menunjukkan bahwa tidak jarang masyarakat Indonesia membuat banyak akun Facebook. Satu untuk publik tanpa filter dan satu lagi untuk orang yang Anda kenal baik dan teman dekat. 

Pengguna di Indonesia sering kali memiliki lebih dari 1.000 "teman", yang banyak di antaranya belum pernah mereka temui secara langsung. Ia juga berpendapat bahwa teknologi digital baru menarik Indonesia ke dua arah. 

(1) Digitalisasi memungkinkan oligarki mengendalikan media arus utama dan mendorong struktur kekuasaan elit yang terpusat. 

(2) Media digital akan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pembebasan. Semakin banyak kandidat presiden yang memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan popularitas mereka, dan para ahli mengatakan keputusan mereka akan berpengaruh pada pemilu berikutnya. 

Misalnya, Gubernur PDIP Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang sudah lama mendapat manfaat dari  popularitas tokoh daring, mengalahkan  Puan Maharani, putri pemimpin populer partai Megawati Soekarnoputri. Apalagi, baru-baru ini ia memposting foto dirinya  berpose di bawah bendera besar Puan di Twitter tanpa senyuman khasnya yang menarik perhatian netizen Tanah Air. Judulnya berbunyi, "Siap!"

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan analisis temuan dari berbagai platform, tampaknya terdapat kemungkinan bahwa berbagai partai politik akan berpartisipasi dan terlibat  dalam upaya untuk mempengaruhi lanskap politik menjelang pemilihan presiden tahun 2024. 

Partai-partai ini  menggunakan media sosial untuk membangun citra politik mereka jauh sebelum pemilu dimulai. Hal ini menunjukkan bahwa partai politik berupaya mempengaruhi reaksi dan sikap politik masyarakat bahkan sebelum pemilu 2024. 

Selain itu, tren data  menunjukkan adanya bentrokan politik antara partai  nasionalis dan partai keagamaan menjelang Pilpres 2024, dengan partai PKS, PKB, dan PAN masing-masing diuntungkan berdasarkan data tersebut. posisi Mereka mencari pengaruh untuk menghilangkan keuntungan elektoral dari partai-partai nasionalis seperti PDIP, Gerindra, PKB, Partai Demokrat, dan Golkar. Namun, hal ini juga memberikan peluang bagi partai politik untuk membentuk pemerintahan koalisi  untuk memenangkan pemilu berikutnya.

Hal ini sesuai dengan analisis  Syamsurrijal dkk. (2021) menyatakan bahwa relevansi hasil tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi politik di Indonesia saat ini. Soroti peluang promosi bagi calon potensial dengan menyatukan beberapa hal. 

Pertama, Anies Baswedan adalah Gubernur DKI Jakarta, sering memasuki bursa calon, memiliki pengalaman politik, dan pada periode sebelumnya  selalu ada calon presiden setelah masa jabatan Gubernur Jakarta, seperti diketahui. Hal ini terlihat dari pengalaman Presiden Joko Widodo saat ini yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur  Jakarta. 

Kedua, Pak Prabowo merupakan mantan kandidat pada dua pemilu presiden terakhir. Namun kekalahan Prabowo memungkinkannya mencalonkan diri pada pemilu 2024 bersama politisi senior dan Ketua Umum Partai Gerindra. Ketiga, Ganjar Pranowo muncul sebagai sosok baru yang banyak diasosiasikan dengan calon presiden, menurut jajak pendapat. Ketiga bakal calon juga aktif di media sosial Twitter (Jaidka et al., 2019; Rousidis et al., 2020). Tren ini menimbulkan perselisihan politik antar partai politik, termasuk partai agama dan  nasionalis (Hemmatian & Sohrabi, 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun