Masyarakat Indonesia yang saat ini sudah mulai terbiasa dengan pelayanan e-commerce pastinya akan sangat kerepotan dengan perampingan dan penutupan start up. Bisa dibayangkan, warga yang tadinya tinggal klik klik saja untuk berbelanja makanan maupun kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pakaian, jasa transportasi online harus kehilangan aplikasi kesayangannya karena sudah tidak lagi melayani alias tutup.
Ini tentu agak merepotkan, karena seseorang yang sudah terbiasa dan berlangganan dengan satu aplikasi ketika akan melakukan pindah penggunaan terhadap aplikasi lain, maka ada kesan belum terbiasa dengan aplikasi tersebut. Orang akan mencari cari dan meraba raba fitur yang ada di aplikasi baru yang akan digunakan tersebut. Hal ini tidak hanya berlaku bagi pengguna dengan basis konsumen saja. Para penjual, mitra juga tentunya akan mengalami hal yang serupa.
Efek domino perampingan karyawan, PHK dan penutupan start up
Beberapa hal yang terjadi diatas tentulah mengejutkan sekaligus membuat kecut para pelaku usaha maupun para pencari kerja (job seeker) yang ada di Indonesia.Â
Beberapa pelaku usaha yang terpengaruh dari perampingan maupun berakhirnya pelayanan yang diberikan perusahaan rintisan banyak ragamnya. Mulai dari pelaku usaha kecil maupun menengah yang menyediakan produk lokal, para pelaku eksportir, pelaku importir, perusahaan penyedia jasa layanan antar jemput maupun layan antar paket yang ada ikut mengalami gangguan dalam operasionalnya.
Perusahaan startup, setidaknya  mempunyai mempunyai pengaruh sebesar 4% dari GDP (Dhiyaah karina Etc : 2022). Dari angka 4% itu, termasuk angka yang cukup besar jika terjadi masalah dalam perusahaan startup itu sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, banyak pihak yang berpengaruh terhadap perampingan, phk maupun penutupan usaha startup ini.
Faktor kegagalan startup di tanah air
Beberapa hal yang menjadi point penting gagalnya sebuah perusahaan rintisan (startup) dikutip dari jurnalnya (Anindhita Yusi Etc: 2022) setidaknya ada beberapa factor yakni:
Dari sisi keuangan: banyak perusahaan startup yang meski sudah mendapatkan suntikan dana yang tidak sedikit namun masih mengalami hal hal seperti kehabisan uang, salah menentukan harga, malah ada yang tidak mempunyai investor, pemakaian uang berlebihm tidak ada arahan penggunaan dana, tidak efektif mengelola kas.
Dari sisi organisasi: pemasaran yang buruk, mengabaikan pelanggan, tidak ada alternative dapat kesuksesan, salah lokasi, manajemen yang buruk, strategi tidak kuat, bentrok antar mitra.
Dari sisi produk: produk tidak ramah pada pelanggan, produk tanpa model bisnis, produk salah waktu, kurangnya permintaan pasar