Dalam eCommerce, konsumen dimanjakan dengan katalog produk, live promotion yang memudahkan konsumen berinteraksi langsung, ditunjang system pembayaran yang mudah (COD, transfer, atau sarana digital lainnya) serta didukung pengiriman barang yang juga dapat dipantau pembeli.
Dengan demikian, konsumen merasa seperti dimanjakan. Â Bagi suplier, mereka dapat memotong biaya sewa tempat dan tenaga kerja, sehingga bisa memotong harga jual produk. Berdasarkan data BPS 2023, 79,28% pelaku usaha eCommerce adalah perorangan.
Usaha perorangan artinya tempat usaha bisa di rumah sendiri, dan dilakukan sendiri. Efisien biaya, berdampak langsung pada pemotongan harga jual. Kombinasi ini yang membuat bisnis eCommerce menjadi primadona bagi konsumen. Pola transaksi online ini mendapat booster pada pandemi covid19 tahun 2020-2022 dimana batasan mobilitas memantik orang untuk bertransaksi via online. Ini telah menjadi habit baru.
Jika demikian, apa yang seharusnya dilakukan pelaku usaha di Pasar Tanah Abang? Jawabannya sangat simple, berubah. Ini bukan bagaimana kita menunggu perubahan, tetapi bagaimana perubahan akan menjemput kita dengan tawaran, mau ikut atau tidak. Jika ingin sustain, maka tentunya kita harus ikut.
Namun demikian, dampak perubahan akibat badai disruptif kepada seseorang atau untitas bisnis dapat berbeda beda tergantung karakteristik usahanya. Ketika datang badai disruptif, akan berpengaruh kepada perubahan tiga hal: model infrastruktur, model operasional dan model bisnis.
Perubahan model infrastruktu, terjadi seperti dampak hadirnya smartphone terhadap perusahaan real estate. Â Perusahaan real estate tidak akan terpengaruh model bisnisnya, tetap akan beroperasi seperti ketika smartphone belum muncul. Namun demikian, manajemen perlu menggunakan smartphone dalam kegiatan usaha, untuk komunikasi dengan tim kerja dan customer, memantau produktivitas agen dan kegunaan lainnya tanpa adanya perubahan operasional yang signifikan.
Perubahan model operasional, seperti dampak era digtal pada perusahaan penerbangan. Konsumen akan menggunakan smartphone mereka untuk mengecek jadwal, membeli tiket, check in dan mendapatkan boarding pass. Dengan demikian perusahaan penerbangan harus berinvestasi dengan tools yang dapat memfasilitasi konsumen dengan jadwal penerbangan, penjualan tiket sampai boarding pass yang dapat diakses secara online menggunakan smartphone.Â
Perubahan model bisnis, sebagai contoh perusahaan periklanan. Perubahan pada industry perikanan cukup dramatis, dimana iklan di papan billboard, koran, radio dan bahkan iklan TV sudah mulai tergantikan iklan online. Â Iklan online tersebut diakses di berbagai peralatan seperti desktop, laptop, tablet dan juga smartphone. Hal ini sejalan dengan munculnya platform periklanan seperti di Google Ads, facebook ads, tik tok shop, dll.
Berdasarkan karakteristik diatas, usaha fashion di Tanah Abang masuk katagori Model Operasional. Dalam model operasional, pelaku usaha perlu menyesuaikan operasional usaha dengan perkembangan teknologi dan preferensi konsumen. Bagaimana cara melakukannya? Untuk hal ini, ada dua cara yang perlu dilakukan.
Pertama harus memodernisasi operasional usaha saat ini semampu dan sesegera mungkin. Modernisasi dilakukan dengan menyiapkan perangkat untuk promosi dan penjualan online serta menggunakan platform marketplace seperti facebook ads, traveloka, tokopedia, dan sejenisnya maupun social commerce seperti Tik Tok Shop dengan tetap mempertahankan model penjualan konvensional seperti yang ada sekarang.
Pada tahap ini, sistem penjualan metode konvensional pararel tetap diterapkan. Pertanyaannya, apakah hal ini mudah dilakukan? Bagaimana mengubah kebiasaan dan cara kerja yang sudah menjadi habit atau kebiasaan?