Mohon tunggu...
Afif Notodewo
Afif Notodewo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S2 Universitas Indonesia -Kawasan Timur Tengah dan Islam-

Mahasiswa S2 Universitas Indonesia -Kawasan Timur Tengah dan Islam-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perdamaian Israel dan Palestina

15 November 2020   07:24 Diperbarui: 15 November 2020   07:40 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa terbaru konflik ini adalah ketika mantan presiden AS Donald Trump mendeklrasikan Yerussalem sebagai ibu kota Israel menggantikan Tel Aviv. Trump juga mengisyaratkan untuk mendirikan kantor perwakilan luar negeri dari Tel Aviv ke Yerusalem yang notabene merupakan kota suci bagi tiga agama Ibrahim (Abrahamic's Religion). 

Pernyataan kontroversi Trump menimbulkan pro dan kontra di kalangan pejabat dan masyarakat dunia. Pemerintahan Trump dalam peristiwa ini lebih berpihak kepada Israel dengan menyatakan bahwa Israel merupakan tempat tinggal bangsa Yahudi sejak 3000 tahun silam (Barbara, 2018).

Sebelum berbicara jauh mengenai resolusi konflik antara Palestina-Israel, perlu memahami peta konflik dan akar permasalahan yang ada. Resolusi Palestina-Israel merupakan konflik yang rumit karena melibatkan banyak pihak.

Dalam memandang konflik ini perlu dilihar dari dua faktor yang mempengaruhi, yaitu internal dan eksternal. Internal Palestina sendiri juga dikatakan rumit karena melibatkan beberapa aktor, seperti HAMAS, FATAH, dan PLO (Palestine Liberation Organization) yang memiliki kepentingan politik yang berbeda. (Guariino,2009)

Jika jalur GAZA dikuasai HAMAS, maka Tepi Barat (West Bank) dikuasai oleh FATAH (Harakat at Tahrir al Wathani al Filasthini atau gerakan pembebasan Palestina) yang didirikan oleh Yasir Arafat, Khalil Wazir, Salah Khalaf, dan Faruq Al Qaddumi pada 1950 (Hassan, 2001). 

Berbeda dengan HAMAS yang menggunakan jalur perang, FATAH lebih menggunakan diplomasi sebagai alat politiknya. Walaupun dalam awal pergerakannya pada 5 Januari 1965, pergerakan ini menggunakan jalur militer dalam operandinya. Tanggal itu dijadikan sebagai hari pergerakan FATAH. (Hassan, 2001)

Terdapat perbedaan pemikiran antara HAMAS dan FATAH. Pertama HAMAS merupakan gerakan yang berbasis Syiah, walaupun beraliansi dengan Ikhwanul Muslimin. Sedangkan FATAH sendiri merupakan pergerakan yang berbasis Islam Sunni. 

Kedua, sebelum terbentuknya HAMAS, Ikhwanul Muslimin bergabung ke dalam FATAH dalam memperjuangkan Palestina. Namun, akibat perbedaan pendapat Ikhwanul Muslimin mengeluarkan diri dan mendirikan HAMAS. (Mahfudz, 2003)

HAMAS memiliki hubungan yang tidak baik dengan FATAH dan PLO. HAMAS menganggap PLO sudah tidak mampu dalam menghadapi Israel. Hal ini karena PLO menempuh jalan yang berbeda dengan HAMAS. 

Pada awalnya, PLO menggunakan militer dalam menghadapi Israel pada awalnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kondisi itu berubah dengan lebih ke arah diplomatis dan berunding. HAMAS melihat Israel selalu memanfaat kondisi itu dan banyak melangar perjanjian yang berujung kepada menderitanya rakyat Palestina.

 Selain itu, para petinggi PLO acap kali saling melakukan tindak memperebutkan kursi kepemimpinan dan memanfaatkanya hanya untuk memperkaya diri, seperti korupsi dan lain-lain. Perbedaan dari sisi ideologi juga menyebabkan perbedaan pendapat, HAMAS merupakan gerakan yang berbasis Islam dan percaya bahwa rakyat Palestina lebih dekat dengan Islam untuk melawan zionisme Israel. Sedangkan, PLO lebih ke arah sekuler, kebangsaan, dan kekirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun