Mohon tunggu...
Afif Notodewo
Afif Notodewo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S2 Universitas Indonesia -Kawasan Timur Tengah dan Islam-

Mahasiswa S2 Universitas Indonesia -Kawasan Timur Tengah dan Islam-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perdamaian Israel dan Palestina

15 November 2020   07:24 Diperbarui: 15 November 2020   07:40 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artikel ini membahas mengenai kemungkinan perdamaian antara Israel dan Palestina. Kedua belah pihak bertikai dalam memperebutkan tanah tempat tinggal yang mana juga menjadi situs bersejarah bagi tiga agama samawi, Yahudi, Kristen, dan Islam. 

Dalam membahas mengenai "mungkinkah terciptanya perdamaian antara Israel dan Palestina?", penulis lebih berasumsi untuk sulit menciptakan perdamaian di kedua belah pihak yang diakibatkan oleh rumitnya persoalan kasus ini yang meliputi faktor internal dan eksternal.

 Pada era kontemporer, konflik Palestina-Israel memanas dengan pemisahan antara Palestina dan Israel yang diresmikan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada 29 November 1947.

Bangsa Yahudi sudah sejak lama berhasrat untuk kembali kepada tanah yang dijanjikan oleh pendahulunya. Keinginan ini diperkuat akibat perilaku diskriminatif bangsa Eropa, khususnya Nazi kepada kaum Yahudi, terutama pada peristiwa holocaust yang menewaskan banyak korban Yahudi.

Sejarah berdirinya Israel dimulai dari Theodore Hezrl, kongres pertama Zionis mengklaim untuk mendirikan negara Yahudi Hingga muncullah Balfour Declaration pada 2 November 1917 yang mendapatkan mandat dari pemerintah Inggris. 

Mandat tersebut menyatakan bahwa tanah Israel merupakan hak bangsa Yahudi berdasarkan dari aspek historis. Pernyataan ini membuat bangsa Yahudi semakin berbondong-bondong untuk datang ke Palestina dan pada 1947 PBB meresmikan berdirinya negara Israel.

Peristiwa ini tentunya menimbulkan kontroversi baik itu warga Palestina dan internasional. Kehadiran Israel menimbulkan banyak kecaman dari berbagai pihak, salah satunya dengan meletusnya perang Arab vs Israel pada 1948 dan 1967. Berdirinya Israel mengancam geopolitik dan geostrategis di Timur-Tengah yang berakhir pada perang tersebut. Israel sendiri merupakan tangan kanan dari AS (Amerika Serikat) di Timur-Tengah yang tentunya menjadi keuntungan tersendiri untuk kedua negara.

Konflik Palestina-Israel hingga tetap memanas pada era kontemporer. Pada 2014 disebut-sebut sebagai konflik berdarah yang paling banyak memakan korban sejak 1967. 

Laporan OCHA (Office for the Coordination of Humantarian Affairs) yang berjudul "Fragmented Lives" juga menyebutkan bahwa di jalur Gaza 1,8 juta warga Palestina menghadapi peningkatan permusuhan paling buruk sejak 1967 dengan lebih dari 2.314 warga sipil terbunuh, setidaknya 1.492 adalah civilians 551 anak-anak, 642 laki-laki, 299 wanita dan lebih dari 17.125 orang-orang Palestina terluka (OCHA,2015). 

Sementara itu dilansir dari ICRC serangan Israel ke Gaza pada 2014 telah merusak infrastruktur air di wilayah Gaza dan menyebabkan ribuan warga Gaza mengalami krisis air (ICRC,2014). 

Selain itu konflik ini menyebabkan satu medical personnel tewas, tiga terluka, dan 1 kritis ketika ambulan dari Palestine Red Crescent Society yang jelas-jelas menggunakan red crescent emblem ikut menjadi target serangan (ICRC,2014).

Peristiwa terbaru konflik ini adalah ketika mantan presiden AS Donald Trump mendeklrasikan Yerussalem sebagai ibu kota Israel menggantikan Tel Aviv. Trump juga mengisyaratkan untuk mendirikan kantor perwakilan luar negeri dari Tel Aviv ke Yerusalem yang notabene merupakan kota suci bagi tiga agama Ibrahim (Abrahamic's Religion). 

Pernyataan kontroversi Trump menimbulkan pro dan kontra di kalangan pejabat dan masyarakat dunia. Pemerintahan Trump dalam peristiwa ini lebih berpihak kepada Israel dengan menyatakan bahwa Israel merupakan tempat tinggal bangsa Yahudi sejak 3000 tahun silam (Barbara, 2018).

Sebelum berbicara jauh mengenai resolusi konflik antara Palestina-Israel, perlu memahami peta konflik dan akar permasalahan yang ada. Resolusi Palestina-Israel merupakan konflik yang rumit karena melibatkan banyak pihak.

Dalam memandang konflik ini perlu dilihar dari dua faktor yang mempengaruhi, yaitu internal dan eksternal. Internal Palestina sendiri juga dikatakan rumit karena melibatkan beberapa aktor, seperti HAMAS, FATAH, dan PLO (Palestine Liberation Organization) yang memiliki kepentingan politik yang berbeda. (Guariino,2009)

Jika jalur GAZA dikuasai HAMAS, maka Tepi Barat (West Bank) dikuasai oleh FATAH (Harakat at Tahrir al Wathani al Filasthini atau gerakan pembebasan Palestina) yang didirikan oleh Yasir Arafat, Khalil Wazir, Salah Khalaf, dan Faruq Al Qaddumi pada 1950 (Hassan, 2001). 

Berbeda dengan HAMAS yang menggunakan jalur perang, FATAH lebih menggunakan diplomasi sebagai alat politiknya. Walaupun dalam awal pergerakannya pada 5 Januari 1965, pergerakan ini menggunakan jalur militer dalam operandinya. Tanggal itu dijadikan sebagai hari pergerakan FATAH. (Hassan, 2001)

Terdapat perbedaan pemikiran antara HAMAS dan FATAH. Pertama HAMAS merupakan gerakan yang berbasis Syiah, walaupun beraliansi dengan Ikhwanul Muslimin. Sedangkan FATAH sendiri merupakan pergerakan yang berbasis Islam Sunni. 

Kedua, sebelum terbentuknya HAMAS, Ikhwanul Muslimin bergabung ke dalam FATAH dalam memperjuangkan Palestina. Namun, akibat perbedaan pendapat Ikhwanul Muslimin mengeluarkan diri dan mendirikan HAMAS. (Mahfudz, 2003)

HAMAS memiliki hubungan yang tidak baik dengan FATAH dan PLO. HAMAS menganggap PLO sudah tidak mampu dalam menghadapi Israel. Hal ini karena PLO menempuh jalan yang berbeda dengan HAMAS. 

Pada awalnya, PLO menggunakan militer dalam menghadapi Israel pada awalnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kondisi itu berubah dengan lebih ke arah diplomatis dan berunding. HAMAS melihat Israel selalu memanfaat kondisi itu dan banyak melangar perjanjian yang berujung kepada menderitanya rakyat Palestina.

 Selain itu, para petinggi PLO acap kali saling melakukan tindak memperebutkan kursi kepemimpinan dan memanfaatkanya hanya untuk memperkaya diri, seperti korupsi dan lain-lain. Perbedaan dari sisi ideologi juga menyebabkan perbedaan pendapat, HAMAS merupakan gerakan yang berbasis Islam dan percaya bahwa rakyat Palestina lebih dekat dengan Islam untuk melawan zionisme Israel. Sedangkan, PLO lebih ke arah sekuler, kebangsaan, dan kekirian.

Selain faktor internal, faktor eksternal juga meliputi konflik yang terjadi antara Palestina dengan Israel. Kedatangan dan berdirinya negara Israel menyebabkan kekhawatiran kepada kawasan. Negara-negara Arab terancam dengan hadirnya Israel di Timur Tengah karena mengganggu peta geopolitik di kawasan. 

Akibatnya, pecahlah perang antara negara-negara Arab dengan Israel pada 1948-1949, 1967, dan 1973. Peperangan negara-negara Arab dan Israel dapat dikatakan sebagai kekalahan negara-negara Arab dan kemenangan Israel. Keberadaan Israel juga didukung oleh AS yang memiliki berbagai kepentingan di Timur Tengah. 

Pada era kontemporer ini, negara-negara Arab berbanding terbalik dengan sebelumnya yang mana lebih diuntungkan dengan hadirnya Israel untuk membantu melawan dominasi Iran.

Melihat kondisi konflik Palestina-Israel yang melibatkan banyak pihak, menjadikan konflik ini rumit untuk diselesaikan. Menurut Deutsch, konflik terjadi atas kepentingan kedua kelompok yang saling bertentangan. Untuk itu, harus ditelaah kembali mengenai kepentingan masing-masing kelompok. 

Permasalahan pihak Palestina adalah terletak pada HAMAS yang tidak ingin berkompromi dengan Israel dan bertujuan untuk menguir kependudukan Yahudi dari tanah Palestina. Sedangkan, kepentingan Israel adalah untuk tetap mendirikan negara Yahudi. (Deutsch,2000)

Dalam membahas konflik ini, tidak hanya melibatkan antara Palestina dan Israel, melainkan geopolitik kawasan dan bahkan internasional. AS menyadari betapa pentingnya Israel dalam perpolitikan di Timur Tengah. Oleh karena itu, AS selalu mendukung Israel di kancah internasional. Jika Israel jatuh ke rakyat Palestina, tentu yang dirugikan adalah AS yang kehilangan kekuatan di Timur Tengah. 

Sebaliknya, Iran sangat mendukung Palestina karena diketahui bahwa hubungan Republik Islam Iran tidaklah baik dan akan menjadi berbahaya jika AS berhasil menguasai Palestina seutuhnya.

Di tambah lagi seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dan Iraq yang dilemma akan keberadaan Israel. Di satu sisi memiliki perbedaan ideologi dan historis, di sisi lain diuntungkan untuk melawan dominasi Iran.

Sebelum berbicara jauh mengenai resolusi konflik antara Palestina-Israel, perlu memahami peta konflik dan akar permasalahan yang ada. Resolusi Palestina-Israel merupakan konflik yang rumit karena melibatkan banyak pihak. 

Dalam memandang konflik ini perlu dilihar dari dua faktor yang mempengaruhi, yaitu internal dan eksternal. Internal Palestina sendiri juga dikatakan rumit karena melibatkan beberapa aktor, seperti HAMAS, FATAH, dan PLO (Palestine Liberation Organization) yang memiliki kepentingan politik yang berbeda. (Guariino,2009)

DAFTAR PUSTAKA

Deutsch, M & Coleman. The Resolution of Conflict : The Hand Book of Conflict Resolution : Theory and Practice. San Fransisco: Jossey Bass, 2000.

Guarino, Giancarion. "The Palestine Liberation Organization and Its Evolution As National Liberation Movement". University of Naples federico II (2009)

Hassan, Shamir. "Al Fatah : A Study of Ideological Revolution". India History Congress : Vol.61 (2000)

International Committee Of The Red Cross (ICRC). 2014. "Gaza: ICRC condemns killing of Red Crescent volunteer". Diakes pada 2020

Mahfudz Siddiq. Pemikiran dan Manhaj Politik Ikhwanul Muslimin. Jakarta :Pustaka Tarbiatuna, 2003

OCHA, Fragmented Lives : Humanitarian Overview 2014, March 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun